Rabu, 25 Januari 2017

Ritson Manyonyo dan Yayasan Elsafan

     

     Tanggal 12 November 2016 lalu, PDO AHM berkunjung ke Yayasan Elsafan, yang beralamat di Jl. Delima I No.13-14 Kel. Malaka Sari, Kec. Duret Sawit, JakartaTimur. Yayasan yang awalnya didirikan oleh Ritson Manyonyo dan delapan temannya pada tahun 2006 ini sekarang menjadi panti sosial dan sekolah luar biasa khusus tuna netra. Elsafan (Tuhan yang melindungi) telah lebih dari 10 tahun berdiri dan yayasan ini sekarang memiliki 45 siswa tuna netra baik yang bawaan lahir maupun yang diderita setelah dewasa karena penyakit. Ketika awalnya dibentuk, yayasan ini agaknya diremehkan orang disekitar beliau: "orang buta kok mau mengurus orang buta? mengurus sendiri aja susah". Tetapi mereka membuktikan bahwa usaha mereka ternyata bisa memberikan yang sesuatu untuk para penyandang tuna netra yang selama ini masih dianggap sebagai beban oleh masyarakat. Mereka punya satu niat, anak tuna netra harus mandiri. Harus. Motto yayasan ini adalah "kekuatanku adalah kelemahanku, dan kelemahanku adalah kekuatan-Nya".

            Ibadah Pagi Di Duren Sawit - Rangkaian Perayaan Natal PDO AHM 2016
       Setelah persiapan kurang lebih 3 minggu, kami dari PDO AHM berkumpul di Sunter dan berangkat ke Yayasan Elsafan. Acaranya dimulai dengan perkenalan PDO dan ice breaking dari MC, kemudian dilanjutkan dengan ibadah praise and worship. Setelah 30 menit praise and worship, dilanjut dengan kesaksian dari istri Pak Sonny - panggilan akrab Ritson Manyonyo - ibu Silva. Beliau bercerita tentang masa lalu ibu Silva mulai dari masa kuliah, menikah dengan pak Sonny hingga perjuangan membesarkan anak-anak tuna netra dengan penuh kesabaran. Acara dilanjutkan dengan membuat pohon harapan, teman-teman PDO ikut berbaur dengan saudara-saudara di Elsafan dan menanyakan harapan mereka. Setelah itu, penyerahan sumbangan dana dan gitar dari salah satu divisi di AHM. Akhirnya pada 11:30, ketua panitia Natal memberikan kata penutup sekaligus mengundang teman-teman Elsafan untuk menghadiri dan mengisi acara Natal PDO AHM di Plant 3 AHM Cikarang dan ditutup dengan doa berkat serta pembagian goody bag, kami juga menerima hadiah buku kisah hidup Pak Sonny.

        Moment yang menarik selama disana  adalah ketrampilan mereka memainkan musik. Tim PDO sendiri telah menyiapkan pemain keyboard untuk mengiringi WL untuk acara tersebut, namun salah satu adik di Elsafan ternyata telah siap untuk mengiringi dan bahkan sangat mahir memainkan keyboard, WLnya saja - Novia & Friska- hanya butuh kurang dari 10 menit untuk mencari nada dasar setiap lagu yang akan dibawakan. Kemudian keharuan makin kami rasakan, ketika beberapa anak, satu per satu dibimbing pengajarnya untuk membawakan alat musik: drum, saxophone dan gitar. Perasaan haru dan bahagia meliputi ruangan selama ibadah berlangsung. Bagi kita orang normal, melihat adik-adik dengan kondisi seperti itu, merasa sangat iba dan disaat yang bersamaan mereka malah riang bernyanyi bersama kami. Mungkin kesedihan sudah berlalu jauh dari hari-hari mereka.

        Kemudian yang menarik bagi saya adalah bagaimana ini bisa dimulai? orang buta seperti apa yang mampu membuat yayasan memutar 180 derajat anggapan tentang penyandang tuna netra?

"Bagaimana seorang yang dulunya menolak tidur di kamar dan memilih tidur sekandang dengan anjing peliharaannya karena menganggap dirinya yang buta tak ubahnya seekor anjing karena hanya bisa tidur, duduk, makan dan dikasihani, justru sekarang mengelolah yayasan dengan 45 anak tuna netra.

Bagaimana seorang yang dulunya mencoba bunuh diri beberapa kali karena merasa menjadi aib keluarga, sekarang justru mendidik dan menyekolahkan anak-anak tuna netra yang dibuang keluarganya.

Bagaimana seorang yang dulunya marah kepada Tuhan dan menolak untuk beribadah ke gereja selama dua tahun, sekarang jika ditanya seandainya ada pengobatan yang bisa mengembalikan pengelihatan menjadi normal maukah untuk mencoba pengobatan?, dan mejawab "Tidak, karena Tuhan justru memakai saya setelah menjadi buta". 
 
Ritson Manyonyo, Pendiri Yayasan Elsafan."

         Ritson Manyonyo (Sonny) Dan Elsafan
        Dalam buku yang kata pengantarnya diisi oleh Basuki Tjahaja Purnama dan Andy F. Noya, pak riston menceritakan kisah hidupnya dari kecil hingga sekarang. Pak Sonny lahir dari keluarga pendeta dan sekolah dari SD sampai SMA di Tentena, Poso. Kemudian melanjut di STT Doulus Jakarta. Disinilah Pak Sonny mulai merasakan penurunan fungsi pengelihatan dan menjadi buta. Tahun 1999 adalah tahun yang paling membuat Pak Sonny berada pada titik terendah dihidupnya. Beliau sulit untuk menerima kenyataan penyakit yang dialaminya. Bahkan walaupun sekolah dalam bidang teologia, dia juga sempat berobat ke dukun, namun hasilnya nihil. Dan dengan semua usaha, beliau akhirnya menyerah dan kembali ke Poso bersama ibunya dengan perasaan kalah perang dan dia mengalami pergumulan hidup yang berat dan "berhitung" dengan Tuhan. Bagi beliau ini tidak adil. Kemudin pada tahun 2001 adalah masa pemulihan harapan setelah dua tahun terpuruk.

      Di daerah Bandungan Semarang, ada sebuah panti asuhan bernama Panti Asuhan Diakonia - panti ini untuk penyandang tuna netra. Panti asuhan ini mengajarkan para penyandang tuna netra untuk hidup mandiri. Disinilah awal mula kembali harapan dan perubahan pola pikir beliau, bahwa tuna netra juga bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Beliau akhirnya melanjut lagi kuliah S1 hingga tahun 2005. Selama masa kuliah beliau sudah aktif untuk menggagas pelayanan untuk anak tuna netra bersama delapan temannya. Beliau bahkan sudah menyelesaikan S2 dan sedang mempersiapkan untuk melanjut untuk program doktoral dalam bidang teologia.

           Apa didapatkan Isaac Lidsky, CEO dari Florida , dari kebutaannya?
         Dalam podcast TED, Isaac Lidsky, menceritakan bahwa realita(dunia) bukanlah apa yang kita terima tetapi apa yang kita ciptakan didalam pikiran kita. Kita takut yang buruk dan berusaha untuk kesempurnaan yang sulit dicapai. Kita mengatakan pada diri sendiri, apa yang bisa dan tidak bisa kita lakukan. Asumsi yang salah namun tetap kita ikuti. Kita membuat asumsi salah tentang disabilitas. Asumsi bahwa hanya orang yang punya mata yang bisa melihat dunia dan orang buta tidak. Seeing is believing and sight is truth.  Itu yang dulu dipercayainya.

        Dengan kebutaan dia meyadari, bahwa apa yang dia lihat adalah personal, unik yang secara hebat dikonstruksikan oleh otak membentuk virtual reality kita sendiri. Pengelihatan adalah ilusi dan Isaac menyadari bahwa penurunan tingkat pengelihatannya menghilangkan ilusi. Untuk menciptakan pengalaman melihat, otak mengambil referensi dari pemahaman konseptual tentang dunia, pengetahuan, memori, opini dan emosi. Semua itu terhubung di alam bawah sadar kita. Contohnya, bukit akan terlihat lebih curam jika kita melewatinya setelah selesai olah raga, atau padang akan terlihat lebih jauh jika kita membawa beban berat. Pengelihatan hanyalah satu bentuk cara untuk membentuk realita, kita BISA membuat realita dengan cara yang lain. Namun secara salah kita mengikuti logic kalau kita membentuk realita hanya dengan melihat. "Ketika saya didiagnosa dengan penyakit buta, saya tahu kebutaan akan merusak hidup saya. Kebutaan adalah hukuman mati untuk independensi saya. Ini adalah akhir dari pencapaian bagi saya. Kebutaan berarti saya akan menjalani hidup yang biasa biasa saja: kecil dan sedih dan cenderung sendiri. Ini adalah fiksi yang muncul dari ketakutan saya, tetapi saya percaya itu. Itu sebuah kebohongan tapi juga realita saya."

           Jadi bagaimana kita menjalani hidup dengan mata tertutup. Itu adalah pembelajaran disiplin, itu bisa diajarkan dan bisa dilatih. Perbaiki kesalahan konsep kita tentang kebutaan.  Terima kekuatan dan kelemahan kita dan pahami perbedaannya. Buka hati untuk berkat melimpah. Ketakutan adalah alasan dan pembenaran untuk menyerah. Kita adalah pencipta realita kita dengan pemberdayaan tersebut akan muncul tanggung jawab penuh. Saya memilih untuk keluar dari lorong ketakutan ke wilayah yang belum dipetakan dan belum didefenisikan. Saya memilih untuk membangun hidup yang penuh berkat dalam kebutaan saya.

        Apa yang kita takuti, apa kebohongan yang kita katakan pada diri kita? bagaimana kita membumbui kebenaran kita dan menulis fiksi kita sendiri. Apa realita yang kita ciptakan untuk diri kita sendiri. Dalam karir dan kehidupan personal, dalam hubungan dan di dalam hati ataupun jiwa, kesalahan logika apa yang kita percayai sehingga menciptakan masalah besar. Hal yang lebih buruk dari hanya sekedar buta adalah memiliki pengelihatan tanpa visi. Bagi saya menjadi buta adalah berkat yang mendalam, karena kebutaan memberikan saya visi. Bagaimana menjadi CEO buta? tantangan terbesar menjadi berkat terbesar: saya tidak mendapatkan respon visual dari orang. Contohnya ketika meeting, saya tidak melihat  ekspresi wajah atau gerak gerik yang bisa mempengaruhi pendapat saya, saya belajar lebih banyak mengenai respon verbal, saya memaksa mereka untuk mengatakan apa yang mereka pikirkan. Oleh karena itu kami berkomunikasi dengan level yang lebih dalam, kami menghindari ambiguisitas dan yang paling penting, tim saya mengetahui bahwa apa yang mereka pikirkan sangat penting bagi keberlangsungan organisasi.


         Bagaimana bisa menjadi bahagia ketika yang terjadi adalah musibah? 
        James Clear Dalam tulisannya di medium mengatakan, kejadian traumatik mendalam cenderung memunculkan apa yang dikatakan oleh Gilbert "psychological immune systems". Sistem ini mendorong otak untuk memunculkan harapan positif dan kebahagian dari situasi yang tidak dapat dielakkan (musibah yang mengubah hidup selamanya). System ini muncul pada penderitaan yang besar ketimbang penderitaan kecil. Efek system ini juga bekerja dengan cara sama ketika mengalami kejadian yang sangat membahagiakan. Misalnya, menang undian, orang yang menang undian besar cenderung diasumsikan akan mengalami kebahagian yang lama, tapi yang sering terjadi justru sebaliknya. Extreme positive and extreme negative events don’t actually influence our long-term levels of happiness nearly as much as we think they would. System ini menyeimbangkan emosi didalam diri kita.

         Ketika kita mengalami hal besar, baik hal yang baik ataupun buruk, kita  cenderung fokus pada apa yang berubah ketimbang apa yang tidak berubah. Ketika menang undian, kita fokus pada uang dengan jumlah besar dan lupa bahwa kebiasaan dan lingkungan lama kita sama sekali tidak berubah, kita tetap menggerutu ketika sulit tidur atau memaki ketika terjebak macet atau sulit untuk mengkotrol keuangan. Ini yang membuat kebahagian tidak bertahan lama. Ketika mengalami masalah kebutaan, kita fokus pada masalah pengelihatan. Kita cenderung lupa, bahwa kita masih bisa menghirup udara segar, bisa mencium aroma makanan kesukaan, bisa mendengar lagu favorit bahkan masih bisa membaca buku kesukaan (dengan audio book atau braille). Kita terlalu takut dengan kebutaan, sehingga kita menganggap masa depan sudah hancur. Kita fokus pada satu hal dan lupa yang lain dan sangat menginginkan apa yang tidak kita punyai dan mengabaikan apa yang sudah kita punya. Pengalaman manusia sangat luas dan beragam dan masih banyak ruang untuk kebahagian dalam hidup yang masih samar-samar untuk imajinasi kita sekarang.

         Beberapa Poin dari Pak Sonny
       Dari buku Pak Sonny, cetira bu Silva dan beberapa artikel dan video yang saya lihat, saya pikir ada tiga poin dari pengalaman hidup Pak Sonny yang luar biasa. Pengalaman yang mengubah hidup beliau dan juga alasan kenapa dari jutaan orang yang mengalami kebutaan ada yang malah terpuruk bahkan bunuh diri dan ada pula yang sukses memulai hidup baru seperti Pak Sonny, berikut  ketiga poin tersebut: *pendapat pribadi*
  1. Kesalahan logic yang kita anggap benar, mengarahkan kita pada ketakutan dan menutup jalan lain. Isaac si CEO menyadari itu ketika dia mulai menerima takdirnya, saat dia memahami bahwa pengelihatannya bisa didapat dari cara lain. Pak Sonny, ketika mengalami kebutaan juga mengamini pola pikir yang sama: kebutaan adalah pertanda kiamat bagi dirinya. Namun seiring waktu berjalan ada jalan lain yang perlahan diterima Pak Sonny dari lingkungannya.
  2. Sistem Imun Psikologis kita muncul ketika mengalami masalah yang sangat traumatis, dan sistem ini mengurangi efek yang muncul dari masalah itu dan mendorong otak untuk menciptakan harapan positif.
  3. Afeksi dari keluarga, khususnya ibu dan istri dari Pak Sonny yang tetap memberikan semangat dan kepercayaan yang luar biasa kepada beliau untuk memulai kehidupan yang baru. Beliau juga sangat tidak suka jika orang buta dikasihani atau bahkan diperlakukan tidak adil.
     Seperti dalam buku Malcolm- Outliers - dalam setiap kesuksesan seseorang pasti ada faktor lain selain cerita kerja keras dan motivasi. Dalam buku ini, menurut saya ada beberapa faktor dibelakang layar yang membuat Pak Sonny mampu sukses keluar dari keterpurukannya:*pendapat pribadi*
  1. Beliau lahir dari keluarga pendeta yang mendukung keinginan anaknya. Hal ini menurut saya cukup mempengaruhi psikologis Pak Sonny. Dari beberapa anak di Elsafan ada bahkan diambil dari tong sambah dan dibuang keluarga.
  2. Pak Sonny, semasa disekolah cerdas dan bahkan ketika lulus pada tahun 2005 dari STT skripsi beliau adalah skripsi terbaik. Ini juga cukup mempengaruhi rasionalitas beliau menerima kenyataan hidup dan memulai sesuatu yang justru lebih baik.
  3. Pak Sonny, lewat ayah dan keluarganya dipertemukan dengan orang - orang yang mengalami kebutaan, misalnya pendeta buta yang mengunjungi Pak Sonny dan teman-teman beliau di panti tuna netra Semarang, tempat awal kebangkitan semangat Pak Sonny. Tidak semua para penderita tuna netra memiliki kesempatan dipertemukan dalam komunitas seperti ini. Komunitas yang memberikan bukti bahwa dengan kebutaan mereka juga bisa mandiri dan tidak hanya sekedar motivasi.
  4. Pak Sonny memiliki kekasih yang menyayangi dia. Dari buku beliau, beberapa kali menceritakan semangat hidup yang dipulihkan setelah bertemu pacar. Pak Sonny punya tiga pacar setelah dia buta. Tiga.
  5. Pak Sonny pintar berteman dari masa sekolah hingga sekarang, karena setelah mengalami kebutaanpun, dia bertemu dengan 8 teman sesama penyandang tuna netra untuk membentuk kegiatan membantu orang buta yang awalnya diberinama  Elsafan Ministry.
  6. Pak Sonny juga memiliki pendirian dan karakter yang kuat, hal ini bisa dilihat dari beberapa kali yayasan Elsafan mengalami masalah tranparansi keuangan, beliau justru mampu membawa Elsafan sampai sekarang dengan 45 anak. Dan dalam video testimoni anak-anak Elsafan, salah satu sifat Pak Sonny yang paling mereka ingat adalah ketegasan beliau. Ini yang belum tentu dimiliki setiap orang buta.
Siswa dan Pengajar Elsafan (sumber:http://sdk11.bpkpenaburjakarta.or.id/)

     Sehingga pada akhirnya, kebutaan hanya sebagian dari cara yang dipakai Tuhan lewat Pak Sonny untuk menyadari kemampuan luar biasa membangkitkan harapan dalam dirinya dan bahkan menolong orang lain yang sama tidak beruntungnya. Apakah Elsafan akan tetap ada jika Pak Sonny tidak buta? tidak ada yang tahu. Yang beliau tahu sekarang beliau justru mensyukuri kebutannya. Benar - benar bersyukur. 
Demikian.

Minggu, 30 Oktober 2016

Kopi dan Kwang koan

   Setelah ayah meninggal, seingat saya sudah tujuh tahun tidak pernah lagi minum kopi, itu di tahun 2014. Dulu di rumah juga kopi hanya disediakan bagi tamu saja. Ini akibat salah satu komplikasi alm. adalah kopi yang mengikis lambung. Kita sekeluarga menjadi trauma. Dan setelah di jakarta, teman kantor menceritakan ada sebuah kedai kopi yang terkenal di daerah kelapa gading. Agaknya saya ragu waktu itu, tapi tak apalah menghargai saran teman dan bernostalgia lagi dengan sedikit kopi. Dan ternyata enak. Kwangkowan.



Sekarang.....,*move to another scenes*
Rindu itu candu. Bukan. Ini bukan sedang bicara sajak. Ini bicara kopi.
Kopi itu candu.

   Saya pikir tak perlu filosofi segala untuk minum secangkir kopi di sabtu dan minggu pagi yang tenang, ya karena sebagai karyawan: senin sampai jumat pagi yang tenang itu sudah hilang. Keburu di klakson dari belakang, berlomba-lomba ke tempat kerja. Dan, Jenghis Khan, Stalin dan Hilter  yang tersohor itu saja tak pernah mempublikasikan, filosofi teh mereka. *jk, I haven't did any research about last sentence*

  Kwangkowan, kedai sederhana yang kurang fancy dibanding kedai kopi yang lagi menjamur di jakarta, khususnya di daerah kelapa gading.  Tidak ada alat barista modern disana, tidak ada banyak jenis kopi yang disajikan, hanya hitam, pakai susu hanya itu untuk jenis kopinya dan jujur saja, tempatnya agak messy. Tak ada peralatan menarik disana, hanya panci besar berisi air medidih. Radio yang selalu menyala dan Saya menyadari kalau yang punya sudah mengganti lampu lama dengan LED.

Faktanya, saya pernah terpaksa pulang karena ngantri lebih dari 30 menit hanya untuk dapat segelas. 30 menit, kayak ngantri diskon 90%.

 Dan pelanggan macam-macam, suami istri, orang tua, genk genkan yang ketawanya bikin kopi cepat dingin, yang setelah olah raga, ibadah, kumpul atau yang baru bangun tidur (this is literally me, but i don't give a sh*t about it)

  Saya sebenarnya pengen buat kopi sendiri seperti ini, dengan memperhatikan beberap kali sibapaknya buat kopi akhirnya ketemu cara buat kopi yang agak mirip, agak mirip ya bukan sama persis, berikut untuk (1 gelas):
1. Masak air sampai mendidih 1 gelas (atau secukupnya)
2. kemudian masukkan bubuk kopi giling kasar(coarse atau yang medium), tetapi karena kebanyakan yang dijual dipasaran adalah yang halus, tak apalah, ini bukan mau duplikasi cuman mau buat mirip mirip dikit saja.
3. Setelah 3 sampai 5 menit, saring air kopi dari ampasnya (ini penting, karna kopi dengan dan tanpa ampas itu beda rasanya)
4. Tuangkan susu kental masin Carnation (ini penting, karena kalau pake susu kental manis yang lain, rasanya beda)

Nah cara itu, biasa saya lakukan dikantor, sehabis makan siang.

*Flashback*
Dulu, ketika masih duduk di bangku sekolah. Saya hampir setiap hari berada dibawah pohon kopi. Metik biji kopi. Salah satu moment paling diingat adalah ketika daun biji kopi mekar.  pernah saya ingat, orang tua mencoba membuat bubuk kopi sendiri. Entah ini karena pengen hemat atau naluri eksplorasinya lagi di uji. Dengan sederet, pemahaman yang cukup sophisticated saat itu, jadilah bubuk kopi rumahan. Dan ketika uji test malamnya.  Tengggg, melek sampe subuh. Ternyata kita baru tahu, kalau kopi robusta yang ada dikebun belakang, adalah jenis kopi nomor dua. Yang cocok itu pakai kopi arabica. Kopi robusta itu lebih kuat kafeinnya dan lebih pahit. kegagalan pertama pembuatan kopi saat itu, membuat sekeluarga memutuskan untuk berhenti bereksplorasi membuat kopi sendiri. gagal.
***

Sabtu, 29 Oktober 2016

Perbedaan In Motion dan Taking Action: kesibukan yang menghasilkan dan tidak.

   Beberapa hari yang lalu, salah satu teman di facebook share link dari medium.com berisi tulisan dari James Clear. Tidak ada hal yang baru dari penjelasan James, namun yang menarik dia memisahkan dengan jelas dua hal yang dalam keseharian kita kelihatannya sama, kesibukan: yang tidak menghasilkan apa-apa dan yang menghasilkan sesuatu. Karena satu dan lain hal, tulisan ini juga dapat terjadi pada saya dan teman-teman sekitar, saya pikir saya dapat tulis ulang. Berikut saduran dari tulisan tersebut: the mistake smart people make


   Kesalahan yang dibuat orang: In Motion vs Taking Action.
   *untuk menghindari kesalahan pemahaman, kata 'motion' dan 'action' tidak diubah*

   Motion vs Action
  Sederhananya, Motion adalah ketika kamu sibuk atau asyik melakukan sesuatu, tetapi pekerjaan tersebut tidak pernah menghasilkan apa-apa atau mengakibatkan sesuatu berubah. Action, sebaliknya, kebiasaan yang menghasilkan sesuatu. Contohnya: Pertama, Jika aku memikirkan atau membuat garis besar 20 ide artikel untuk aku tulis, itu motion. Jika aku memang menulisnya dan publish sebuah artikel itu action. Kedua, jika aku mencari informasi perencanaan diet yang lebih baik dari berbagai sumber dan mencatatnya, itu motion. Jika aku makan makanan sehat dan berolahraga itu action. Ketiga, jika aku belajar untuk persiapan ujian itu motion. Jika aku ikut ujian, itu action.
   Kadang motion bagus karena memungkinkan kita untuk mempersiapkan strategi dan mempelajari sesuatu. Tapi motion tidak pernah dengan sendirinya membawa hasil yang diinginkan. Tidak peduli seberapa banyak ide yang dimiliki, tetapi jika tidak ditulis dan dipublish maka tidak akan menghasilkan apa-apa. Begitu juga jika hanya mencari informasi rencana diet yang baik dan jika hanya belajar tanpa melakukan ujian sesungguhnya. 

  Jika motion tidak menghasilkan kenapa kita masih melakukannya?
 Kadang kita melakukannya karena memang kita butuh untuk merencanakan dan mempelajari sesuatu. Tapi lebih lanjut lagi, kita melakukannya karena motion membuat kita merasa telah melakukan progress atau langkah lanjutan tanpa menghadapi resiko kegagalan. Kebanyakan dari kita ahli menghindari kritik. Tidak baik untuk gagal atau dihakimi secara umum, jadi kita cenderung menghindari situasi yang mungkin terjadi. Dan alasan terbesar kenapa kita terpeleset kedalam motion daripada melakukan action: kita ingin menunda kegagalan.
  
  "Ya, aku ingin membuat tulisan yang bagus. Tapi, aku takut ideku terlalu sederhana atau terlalu aneh."
  
  "Ya, aku ingin mengurangi berat badan. Tapi, aku tidak mau terlihat aneh makan makanan yang sehat atau melakukan olahraga sendiri seperti anti sosial."
  
  "Ya, aku ingin nilai baik untuk ujian. Tapi, aku tidak mau melewatkan acara tv kesayangan atau berkumpul dengan teman-teman."

   Mudah sekali untuk melakukan hal tersebut dan menyakinkan diri bahwa kita bergerak kearah yang benar. "Aku sudah punya 20 ide sekarang. ini bagus. setidaknya ini bergerak kearah yang benar. Aku sudah tahu tiga cara terbaik untuk melakukan die. Aku sudah belajar beberapa buku untuk ujian besok". Motion membuat kita merasa sedang menyelesaikan sesuatu. Tetapi sebenarnya, kita hanya sedang mempersiapkan sesuatu untuk diselesaikan. Dan ketika persiapan berubah menjadi penundaan, kita perlu mengubah sesuatu.

  Ide untuk melakukan Action
  Ada banyak cara untuk melakukan action, tetapi dari pengalaman penulis ada dua cara: Pertama. Persiapkan rencana untuk action: "Setiap senin saya akan publish satu tulisan". "Setiap siang saya hanya makan makanan tanpa MSG". "Seminggu sebelum ujian, belajar di kamar adalah prioritas". Dengan cara tersebut kita akan lebih mencintai apa yang kita lakukan. Kita akan lebih senang pada hari senin, karena akan ada sesuatu yang akan saya hasilkan. Dan itu baik. 
  Kedua, tentukan tanggal untuk mengubah motion menjadi action. Untuk beberapa tujuan besar memang butuh motion dan action kecil diawal. Misalnya ingin menulis buku, ingin menjadi binaragawan atau ingin masuk ke kampus terkenal nantinya. Tetapi semua itu butuh motion dan action yang mendetil. Paksakan diri untuk menyelesaikan motion dan membuat action dengan 'hard deadline'.

---
  Setelah membaca tulisan James Clear diatas, saya pikir membaca dan menulis kembali artikel tersebut bagi saya adalah motion. Jika hanya membaca tanpa melakukan maka kita sedang menambah informasi yang sebenarnya kurang berguna dan akan lupa jika tidak diaplikasikan (take action). Dan kita kedepan dengan mudah jenuh mendapatkan informasi sejenis ini. Otak kita secara tidak sadar akan menolak tulisan motivasi yang mengubah sudut pandang kita, karena dulu ketika kita pernah membaca tulisan yang tujuannya mengubah cara pandang kita tetapi tidak melakukan atau mencobanya, kita kemudian akan merasakan penyesalan, rasa bersalah dan terpuruk. Dan dikemudian hari ketika kita kembali ke kehidupan biasa, dan menemukan lagi artikel seperti ini, otak kita akan melakukan penolakan, karena dulunya tulisan seperti ini memunculkan penyesalan. 

  Bicara tentang Motion, menurut saya kita butuh informasi yang baik dan berkualitas dan seminimal mungkin sedikit distorsi untuk tujuan kita. Sebenarnya mudah untuk menemukan mana informasi yang baik atau tidak, yang berkualitas atau tidak dan mana yang murni informasi dan mana yang menyertakan tendensi. Media sosial adalah contoh sempurna untuk ini. Kita dengan mudah untuk menemukan informasi yang buruk dengan kualitas abal-abal dan sarat dengan kepentingan pribadi atau kelompok. Ketika kita menambah pengetahuan(motion) kita dengan informasi seperti ini, kita akan salah untuk menentukan sikap dan sebenarnya akan berbenturan ketika kita melakukan action. Mudahnya, jika kita menemukan informasi dan bingung apakan ini baik, berkualitas dan tidak ada tendensi apapun, aplikasikan saja dengan take action, dengan apakah dia akan berbenturan? apakah menuju kearah yang lebih baik? dan apa yang bisa kita tarik dari sana. Menyambung dengan contoh diatas, jika kita menemu informasi diet ekstrim dan bingung apakah informasinya baik dan berkualitas, sederhananya, praktikkan, dan dalam mempraktikkannya lihat apakah ada yang salah dirasakan? apakah berbeda dengan kaidah kesehatan yang sudah ada?. Jangan terbiasa mencari pembenaran, confirmation bias bisa menimpa siapa saja.

  Dengan membaca artikel diatas, kita tentu tidak alergi dengan motion, action juga sepenuhnya dipengaruhi oleh motion, entah itu kita secara sadar atau tidak menyerapnya dan menambahkannya ke dalam nilai-nilai yang kita pegang.  Motion meminimalkan kegagalan yang tidak perlu. Motion dapat berperan sebagai modal untuk mengantisipasi hal tidak terprediksi kedepan, atau sebagai bahan untuk melihat masalah lain dari sudut pandang berbeda.

Action tanpa motion yang jelas tentu tidak baik, kita bisa saja jenuh dan tanpa arah melakukan sesuatu. Misalnya kita ingin menyelesaikan marathon dan kita langsung take action dengan mengikuti acara lari tanpa pernah belajar dari cara orang lain mempersiapkannya. Kadang memulai dengan in motion bisa gagal karena langsung mengambil langkah besar.  Motion juga mengurang keraguan dalam hati, keraguan dari dalam hati bahwa masih ada cara yang lebih baik diluar sana (makanya perlu perluas relasi informasi) dan keraguan dari luar, seperti pendapat orang yang menilai sinis terhadap action kita. Kita harus terbuka untuk saran dan perubahan, sembari mengambil langkah pertama untuk motion yang sudah kita pelajari.
***


Minggu, 23 Oktober 2016

Film Dead Poetry Society dan kenapa masih relevan untuk dibicarakan sampai sekarang


Carpe diem: seize the day!
Dua kata itu akan teringat jika sudah menonton film ini.
Untuk review filmnya sudah banyak dan bisa cari di google.

"When you read, don't just consider what the author thinks, consider what you think" - John Keating

Tulisan berikut lebih untuk menjelaskan hal - hal yang muncul dipikiran saya dari dari film keluaran 1988 ini: consider what you think.

   Motivasi si Guru John Keating
   Tokoh sentral dari film ini adalah si guru: John Keating. Dia guru aneh menurut murid di sekolah itu, dan setidaknya menurut saya juga, karena pengajaran yang diberikan berbeda dari kebiasaan yang sudah ada: cenderung monoton dan membosankan. Dulunya Keating dan teman-temannya sering berkumpul di sebuah gua untuk membaca puisi dan membentuk komunitas the Dead Poet’s Society. Klub yang anggotanya gemar membaca puisi dan selalu punya pemikiran berbeda dari yang lainnya. Keating menggunakan media puisi untuk berekspresi dang mengungkapkan jati diri. Jadi puisi adalah cara atau jalan yang mereka gunakan untuk menemukan jati diri mereka.

  Keating ingin siswa tersebut merasakan mantra puisi yang sama, yang dulu juga telah melepaskan mereka dari jenuhnya hidup di Welton. Mereka tetap berprestasi, bahkan Keating adalah salah satu lulusan kehormatan Welton, tapi soal mencari arti hidup, dia dan teman nya di Dead Poet's Society setidaknya lebih tahu cara menemukannya. Mereka bebas dari tekanan sekolah dan orang tua.  Mereka tak takut lagi menjelajah, menemukan impian, cita-cita, dan keunikan pribadi masing-masing. Dan itu yang ingin Keating tularkan, kebebasan berpikir: be a freethinker.
  
  Keterlibatannya secara aktif pada perkembangan sosial anak didiknya dilalui dengan obrolan diskusi yang intim dan hangat di luar kelas. Pak Keating merupakan satu satunya guru yang menerapkan metode belajar yang unik di Welton. Ia lebih senang mengajar anak muridnya dengan cara mengarahkan agar bisa lebih mengeksplorasi kedalam diri mereka sendiri dan mengekspresikan ide ide mereka. Dan dalam proses mengarahkan tersebut Pak Keating menggunakan permainan permainan outdoor sebagai medianya. Cara yang aneh dan bahkan terlarang di sekolah bermartabat sekelas Welton saat itu.

  Carpe Diem: Seize the day, mengajarkan esensi penting yang sering dilupakan. Alan Watts mengatakan bahwa hidup tidak melulu tentang tujuan akhir, tujuan yang sedang kamu persiapkan di 50 tahun awal hidup mu, kemudian melihat hasilnya di hari tua. Hidup juga tentang cara menikmati hari ini, tentang cara memainkan musik dan meraih hari. Kita manusia seperti piano, alat musik. Kita tidak mengerjakan piano karena pianonya sudah ada. Dan jujur saja, kita tidak punya kemampuan untuk membuat piano. Tapi kita bisa memainkan piano, musti malah. Satu komposisi lagu bukan berarti akhir dari sebuah karir piano. Tapi komposisi satu meloncat ke komposisi yang lain. Carpe Diem, menekankan bahwa hari itu tidak lebih adalah satu komposisi, satu kertas coretan nada yang harus dimainkan. Tidak ada tujuan piano 10 tahun kedepan, yang dia tahu, dia akan mengeluarkan nada yang ditekan seperti yang diinginkan si pemainnya saat itu juga. Keating ingin siswa di Welton, tidak menghabiskan hidupnya  di asrama dengan kejenuhan dan membunuh kreativitas mereka, menunggu dinyatakan lulus tiga tahun kemudian. 

  Keating menunjukkan bahwa tempat yang sama dapat terlihat berbeda dengan cara sederhana: lihatlah ruang kelas mu yang monoton itu dari atas meja, dan kamu akan melihat sisi baru dari ruangan. Apakah duduk diatas meja melawan aturan sekolah? ya, tapi apakah kamu juga mendapatkan hal baru yang sebelumnya belum pernah terpikirkan? itu juga ya. Kita perlu untuk menimbang aturan dan mengimprovisasinya untuk mendapatkan hal baru. Sudut pandang baru.


   Merobek Halaman Pertama
   John Keating ingin menghilangkan pemahaman terbatas mengenai sebuah puisi. Seorang siswa membaca pengantar buku tentang puisi, yang menyebutkan bagaimana mengukur kualitas sebuah puisi, yang dapat diukur dan diberi skala: dengan melihat seberapa banyak pembacanya, proses ini sudah umum dalam literatur klasik waktu itu. Keating, sebaliknya menyuruh muridnya merobek halaman pengantara puisi di buku tersebut. Seluruh film ini juga adalah proses penyadaran, dimana para murid (dan juga pemirsa) melihat bahwa otoritas lembaga (seperti sekolah) dapat dan selalu berupaya menjadi pengarah, tapi hanya diri kita sendiri yang dapat mengetahui siapa diri kita.

  Halaman pertama yang dirobek bukan saja hanay buku puisi di film itu, cakupannya lebih luas lagi: kurikulum sekolah, aturan pekerjaan, tata cara dalam masyakarat dan panduan apapun, yang awalnya dianggap sebagai pandangan, justru dapat membunuh cara pandang dari sisi lain. Pemikiran ini memiliki dua sisi: baik dan buruk. Baiknya, kita sudah tahu best practice sistem berjalan, tinggal ikuti saja. Buruknya, hal ini bisa saja menutup sudut pandang lain yang dianggap tabu. Misalnya pada buku ini, puisi bagus itu dilihat dari jumlah pembacanya. Mungkin penulis buku itu dulu sudah melihat melalui pengamatan dan pengumpulan data bahwa memang benar cara itulah cara terbaik menilai sebuah puisi, namun jika hanya berpatokan pada hal tersebut dan mentah-mentah diikuti siswa maka mereka akan menganggap cari itu benar dan cara lainnya salah. Ini yang tidak diinginkan oleh Keating.  Kita butuh sudut pandang lain, persinggungan berbagai disiplin ilmu untuk melihat sebuah masalah atau menilai apapun, termasuk puisi.

  Hal lain yang sedang diajarkan Keating, adalah tentang kebajikan dari dalam diri. Kebajikan, kata yang ingin di bangkitkan kembali oleh Barry Schwartz, dimana di abad 21 ini kata itu semakin tidak populer. Pak Keating mengajarkan siswa untuk berani mengejar impian, mengutarakan pendapat dan melihat kehidupan dari sudut pandang yang berbeda. Aturan lambat laun telah menggantikan kreatifitas dengan keseragaman. Aturan perlahan menutup nurani untuk menilai sesuatu. Aturan pada dasarnya adalah deskripsi yang dangkal dan cukup buram untuk dijadikan penilaian. Kita tahu permasalahan yang sesungguhnya terjadi ditengah-tengah kita memiliki banyak faktor yang tidak dideskripsikan dengan jelas didalam aturan. Tapi kita telah memaksakan aturan untuk melihat point-point besarnya saja dan memisahkan detail lain yang justru menghilangkan campur tangan nurani. Misalnya saja, kasus pencurian singkong untuk kebutuhan makan yang berujung penjara. Apakah hakim sudah memakai aturan ? ya sudah dan mereka tidak dapat disalahkan untuk itu. Tapi apakah mereka menggunakan nurani? saya tidak tahu persis. Tapi inilah yang tidak tercatat resmi didalam aturan mereka, mereka butuh fakta, bukan sentimen. Namun justru itu yang malah menghilangkan nurani mereka melihat kasus ini dari kaca mata masalah sosial. Kemiskinan. Dan inilah yang disadari Jerman, para tahanan yang ingin melarikan diri tidak dihukum karena adalah naluri manusia untuk bebas. 


   Kepala Sekolah dan Guru Welton Academi
 Mereka adalah penanggungjawab semboyan Kehormatan, Disiplin dan Kecerdasan dari sekolah terpandang itu. Pendidikan disana sangat keras dan kaku. Tidak jarang upaya tersebut menyebabkan proses belajar di kelas menjadi monoton dan membosankan, seperti menghafal apa yang diajarkan oleh guru maupun yang tertulis di buku. Pengungkapan diri lewat seni dan proses belajar dengan puisi dianggap tabu dilingkungan sekolah Welton. Itu tidak ada dalam daftar kriteria lulusan mereka, karena seni tidak akan membawa mu kemana-mana. Yang kamu butuhkan hanya ilmu pasti saja.
   Pengembangan proses belajar yang lebih menarik dan keluar dari jalur ortodoks, bukanlah pilihan. Tidak ada di kamus mereka bahwa jalan untuk mendapat ilmu bisa didapat dari berbagai cara. Mereka mempercayakan semua pada tradisi, pada landasan yang sudah ditetapkan dari awal. Karena mereka yakin betul, tradisi dan nilai ini telah menyelamatkan sekolah mereka hingga bisa bertahan sampai sekarang bahkan disegani. Memahami dan menerapkan cara lain terlalu beresiko dan tidak ada jaminan dan gambaran kemana sekolah ini dalam 20 atau 30 tahun kedepan, sedangkan cara lama telah teruji ratusan tahun. Mereka berusaha mengabaikan perubahan diluar dinding sekolah mereka. Mereka meliha keluar, mereka belajar apa yang berubah diluar, tapi di dalam sekolah mereka mempertahankan cara-cara lama. 
  Tapi kalau boleh jujur, tidak melulu bahwa mempertahankan cara-cara lama adalah bukti kekolotan cara pikir kepala sekolah dan guru guru di Welton Academy. Mereka mungkin sudah sadar cara lama ini sudah tak relevan lagi. Alasan lain yang bisa di terima adalah, mereka sebenarnya sedang menghindar untuk menerima konsekuensi, mereka meletakkan semua tanggung jawab dan resiko diatas aturan sekolah yang berumur ratusan tahun itu. Mereka tidak mau mengambil resiko atas nama baik mereka, nama baik sekolah dan masa depan anak didik mereka hanya untuk mencoba cara baru. Cara yang belum membuktikan hasil atau cara yang dinilai tidak akan membawa mereka jauh lebih baik dari cara-cara yang sudah ada. Yang mereka tidak sadari adalah mereka sedang membentuk nilai apatis dan individualis bagi siswa disana. Mereka memperkenalkan bahwa tidak ada jalan lain. Cara inilah dan hanya ini yang akan mereka bawa nantinya menjadi bekal hidup. Mereka akan sulit menerima perubahan, sulit untuk bergabung dengan lingkungan sosial. Mereka kompetitif, tetapi sebatas pada diri mereka. Mereka sulit kompetitif secara kelompok, mereka cenderung meminimalisasi resiko dengan meletakkan semuanya pada aturan.
    Jika sesuatu dimasa depan berubah dan keluaran dari Welton tidak lagi menjawab kebutuhan atau muncul keluhan, karena sulit beradaptasi. Kepala sekolah dan guru punya dasar yang kokoh untuk disalahkan, dan itu bukan mereka. "Aturannya sudah seperti itu dari dulu! Proses belajar seperti ini sudah sangan sesuai dan berjalan selama ratusan tanpa ada masalah". Mereka lolos dari tanggung jawab. 

   Tujuh siswa
  Film ini menjelaskan bahwa ketertarikan dan siapa diri kita sama sekali tidak ada hubungannya dengan apa yang kita pelajari selama itu tidak memunculkan ide tentang siapa diri kita. Ketujuh tokoh dan siswa lainnya adalah korban yang sama: korban mengalah pada perintah orang tua dan melupakan dirinya sendiri.
  Mereka belajar tentang berimprovisasi dengan aturan untuk menemukan jati diri mereka, siapa mereka lewat pusi. Mereka tahu bahwa berimprovisasi dengan aturan akan jauh lebih menyenangkan. Mereka keluar dari asrama, melanggar aturan untuk improvisasi, mereka menemukan nilai dari belajar puisi didalam gua kecil didekat sekolah dengan bantuan lilin. Keating mengajari mereka bahwa belajar pada esensinya cara memilikirkan diri sendiri. Memikirkan apa yang sebenarnya kita inginkan.Tetapi pemikiran bebas seperti ini juga telah membawa pada kesalahan fatal. Film Into The Wild menjadi contoh baik untuk menjelaskan bahwa passion-mu bisa jadi pembunuhmu. Keating tidak sedang mengajarkan tentang cara menemukan jati diri "semau gue". Kita tidak diharapkan keluar aturan baku yang baik yang sudah ditetapkan. Tetapi jangan kaku.
   Di era industrialisasi ini, Ken Robinson mengatakan bahwa telah ada inflasi pendidikan. Bahwa untuk mendapatkan pekerjaan, tingkat kebutuhan pendidikan meningkat pula. Menemukan jati diri, bisa alternatif lain selain gelar. Menemukan passion yang membangun dan bukan membunuh adalah masa depan pendidikan. Gelar seketika bukan lagi menjadi keharusan utama untuk bekerja. Dan sejujurnya kelah jika ada sequel film ini, ketujuh siswa inilah yang akan menjawab kebutuhan manusia masa depan menurut Ken Robinson. Manusia yang memiliki sudut pandang luas terhadap passion yang dikerjakannya untuk menhidupi dirinya dan menghidupi ilmu itu sendiri. Passion dan besarnya potensi diri sendiri, telah menambah energi mereka untuk mengerjakan tugas tambahan mereka: membaca puisi pada malam hari dipinggiran gunung bukit sebelah sekolah.

   Harapan para orang tua
   Tidak ada yang salah dengan cita - cita orang tua mereka. Mereka ingin anak yang mereka rawat dari kecil di masa depan memiliki kesuksesan. Itu saja. Mereka telah belajar dari masa lalu, tentang pegangan yang dulunya mereka miliki sebagi kunci utama meraih masa sekarang, dan impian mereka belum sempat mereka miliki, dicurahkan dan dipaksakan pada anak mereka.  Keinginan terselubung ego dan ketidakpahaman. Ego mereka bahwa satu-satunya kesuksesan adalah lewat cara yang sudah mereka tentukan dan ketidakpahaman bahwa minat anak adalah hal besar yang menentukan masa depan. Mereka memaksakan otoritas diatas keunikan setiap orang, cara didikan yang dulu mereka dapatkan turun temurun. Sebenarnya mereka sama saja dengan prinsip yang di pegang oleh Welton. 

   Mereka sebagai orang tua berusaha agar anaknya berada dijalur yang sudah dari dulu ditentukan, mereka menjadi apatis, tertutup untuk kemungkinan lain, karena apa yang dulu mereka terima toh juga telah membuat mereka sebagai orang tua berada diposisi sekarang. Mereka takut membiarkan hal yang tidak jelas arahnya, mempengaruhi pikiran anak mereka. Tidak jelas, karena belum tahu, ataupun tahu tapi tak ada jaminan, tak ada visi jelas bagi mereka soal cara baru ini. Mereka pikir membaca puisi, adalah hal remeh, itu bisa jadi cara ke sekian dalam urutan mencari jati diri. Kehormatan keluarga, Disipilin diri dan kercedasan tidak bisa dinomorduakan. Tapi caranya harus persis seperti yang orang tua mau, seperti baja rel kereta api, memaksakan "kreatifitas yang dibatasi" pada track yang mereka anggap benar. Orang tua selalu membela dengan beralasan, tidak ada jalan kerikil disana, hanya usahamu sebagai anak memacu diri untuk fokus pada stasiun terakhir: masa depan yang baik. Inilah yang setiap orang tua inginkan dan berusaha agar anaknya sekolah ditempat sebaik mungkin dan saat itu Welton adalah salah satunya. Tapi pertanyaan mendasarnya bagaimana jika anaknya itu bukan gerbong kereta seperti yang mereka bayangkan? bagaimana jika anak mereka bukannya butuh rel baja yang kaku, tapi aspal hitam mulus untuk meliuk-liuk, atau butuh tanah dan batu kerikil karena tapak ban mereka lebih cocok untuk jalan setapak?


   Puncak Konflik: Neil Bunuh Diri
   Inilah yang membuat film ini menjadi nyata, jujur adanya. Keluar dari kebiasaan film yang biasanya happy ending. Entah itu perubahan kearah yang benar atau tidak, akan ada selalu konflik. Dan jika tidak disadari dari awal, harga yang harus dibayar biasanya mahal. Inilah yang ingin ditekankan oleh film ini, bahwa pertarungan nilai didalam diri biasanya besar harga yang sedang dipertahuhkan. Dan jika orang sekitar tidak peka karena tembok ego  kokoh, maka bisa jadi penolakan diri adalah resiko dan kematian adalah ganjaran yang sudah menunggu diujung jalan.
  Karena tipikal seorang ayah yang keras dan otoriter maka istilah demokrasi, menentang, atau bahkan mempertanyakan tidak ada dalam keluarga Neil.   Ayahnya menentang keinginan anaknya tersebut dengan keras. Ia sudah membayar mahal sekolah Neil agar menjadi orang yang sukses dalam kehidupan, bukannya menjadi aktor yang tidak menjanjikan apa-apa, setidaknya menurut ayah Neil. Pikiran Neil sudah buntu saat ayahnya menentang keras dan tidak mau kompromi. "Ia merencanakan hidupku tapi tak pernah menanyakan apa yang aku inginkan". Kemudian bunuh diri. Keating di keluarkan dari sekolah.

Jika kita sadari kita bisa berada disetiap posisi atau meresakan tekanan dari posisi lain. Kita bisa saja sekarang menjadi, Keating orang yang kreatif yang menemukan arti hidupnya itu. Bisa saja menjadi penanggung jawab organisasi (kepala sekolah atau guru) yang pokoknya diluar aturan adalah salah. Bisa saja menjadi satu diantar tujuh teman yang sedang bersama mencari jati diri. Atau jadi orang tua yang merasa memiliki hak penuh atas nasib anaknya. 

  Ini adalah gambaran nyata yang banyak terjadi. Tidak ada si-baik atau si-benar dan si-buruk atau si-salah. Keating benar karena membantu anak didiknya keluar dari lingkaran yang membosankan dan menemukan jati dirinya tapi salah karena tidak memperhatikan ada pertarungan besar dalam diri Neil, ada harga yang begitu mahal yang sedang dipertaruhkan Neil. Ketujuh anak itu benar karena memiliki hasrat untuk menemukan makna hidup dan menerapkan carpe diem untuk menemukan cinta dan hasrat pribadi, tapi salah kurang paham mengkomunikasikan perubahan nilai dalam diri mereka ke orang - orang di sekitar mereka. Kepala sekolah dan guru Welton benar karena menerapkan nilai baik yang menjadi tradisi tetapi salah karena tertutup dengan perubahan. Orang tua siswa khususnya Neil benar karena menginginkan yang terbaik bagi anak mereka namun salah karena mereka memaksakan kehendak. 


"We don't read and write poetry because it's cute. We read and write poetry because we are members of the human race. And the human race is filled with passion. So medicine, law, business, engineering... these are noble pursuits and necessary to sustain life. But poetry, beauty, romance, love... these are what we stay alive for.

-------------------------------------------------------------------
"These are what we stay alive for: poetry, beauty, romance, love", dan berikut salah satu puisi dari teman dekat di IG: 

@bojakliar (Samuel Sibarani)
------------------------------------------------

Lautan titik lampu
bingar yang kacau
pengap gatal hawa karbon
damai hanya mitos

Baru saja kau tenggak segelas kopi
dan berselancar dalam isu terkini
lalu kewajiban menyergap memukul tengkorakmu!

Kau tampak nikmati semua lewat citra digital palsu
padahal gelisahmu meledak mengawali minggu

Larilah
pulang

Ada surga yang tidak benar-benar surga
tidak untukmu
dan aku juga


Ayo

***

Minggu, 28 Agustus 2016

Why The Joker is the best opponent for The Dark Knight (Batman)

 

Ada banyak villians(penjahat) psikopat pada film super hero, baik yang rumit atau yang plot twist dalam membuat kekacauan. Tetapi dari sekian banyak itu, ada yang spesial dengan Joker, khususnya dalam film Batman: The Dark Knight. Karena perlu dipahami, menempatkan karakter Joker pada sebuah film tidak serta merta membuat film tersebut bagus. Heath Ledger is exceptionally good in leading his character.

  Berikut saduran dari chanel youtube: Lesson from Screenplay (The Dark Knight — Creating the Ultimate Antagonist)
   
   Ketika tokoh antagonis membentuk hero.
  Tokoh protagonis(hero) dan ceritanya menjadi lebih menarik dan membawa emosi penonton ketika kekuatan peran antagonis besar. Peran antagonis harus kuat(powerful). Semakin sulit perjuangan hero semakin menarik ceritanya. Tapi itu agaknya samar, apa maksud dari 'antagonis yang kuat'?
  Antagonis yang kuat adalah peran  yang memiliki memampuan sangat bagus untuk memunculkan kelemahan terbesar seorang hero dan Joker punya kekuatan itu. Batman adalah hero yang mengalahkan musuhnya dengan 'mengintimidasi'. Batman menggunakan kekuatan dan teknologi untuk mengalahkan musuhnya dan joker punya cara untuk mengubah kekuatan tersebut menjadi kelemahan. Seperti ketika Joker menangkap Rachel dan Harvey Dent. Joker mengubah kekuatan batman menjadi kelemahannya. 

   Joker tidak takut mati dan sebenarnya dia ingin Batman melakukannya, tapi itu tidak terjadi karena aturan pertama moral Batman adalah tidak membunuh orang dan itu yang dimanfaatkan Joker. Joker semakin banyak membuat kekacauan dan menimbulkan korban untuk mewujudkan niatannya. Joker menyadari bahwa nilai moral yang dibawakan Batman adalah kelemahan. Karena hal yang bisa membuat Joker berhenti adalah membunuhnya, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh Batman, tapi bisa saja oleh Harvey Dent. Oleh karena itu didalam adegan rumah sakit, saat Joker memberikan senjata pada Harvey Dent untuk membunuhnya, Joker sebenarnya tidak memberikan kesempatan atau pilihan, dia mengeluarkan sifat asli Harvey dengan menekannya. Joker sebenarnya memegang pelatuknya (tidak akan mungkin tertembak). Dia tahu Harvey Dent tidak punya aturan moral untuk tidak membunuh orang sama seperti Batman.

   Tapi tujuan joker bukan hanya untuk melawan batman, tapi ingin menunjukkan jati dirinya Joker di Gotham. Chaos. Tujuan lainnya, Joker ingin menunjukkan bahwa setiap orang akan muncul sifat aslinya ketika dipaksa untuk memilih di situasi tertekan. Joker paham satu hal dengan sangat baik. Karakter sebenarnya seseorang terungkap ketika dihadapkan pada pilihan dibawah tekanan. Semakin besar tekanan semakin besar ilham yang didapat dan semakin kelihatan karakter moral seseorang. Itu yang terjadi dengan Harvey Dent, Joker membuktikan idenya kepada Batman. Sifat asli Harvey Dent kelihatan, dia punya ego besar. 

  Joker juga sangat pandai menekan Batman, dengan berbagai konflik dan banyaknya korban, memaksa penduduk gotham untuk  membenci Batman. Kekacauan yang dimunculkan Joker dibuat seolah-olah itu adalah akibat Batman,  hingga Batman tidak sanggup lagi menahannya. Joker memaksa Batman untuk menjawab pertanyaan: siapa dan apa yang dia pedulikan ketika Batman sedang tertekan? Batman dipaksa untuk menghadapi 'the true his self'. Gotham atau egonya sendiri. Rachel atau Harvey Dent.

  Joker adalah lawan yang sepadan dengan Batman
  Bagaimana caranya untuk tahu bahwa seorang hero cocok untuk penjahat tertentu. Jika dipikir, Joker cocok untuk Batman, tapi tidak untuk Star Wars atau Superman. Hal ini karena kecocokan lawan konflik memiliki satu kunci: bersaing untuk tujuan yang sama antara protagonis dan antagonis. Mereka harus saling berkonflik secara langsung sepanjang film.  Batman dan Joker punya kesaman mereka ingin sesuatu di Gotham. Batman ingin harapan dimana kota tanpa kekerasan untuk hukum dan perintah dan joker ingin kekacauan dan merusakan tatanan hidup penduduk. Mereka sedang membangun ide mereka masing-masing. 

  Batman sebenarnya tidak berlomba mengalahkan waktu untuk menghentikan alat penghancur penjahat.(seperti pada kebanyakan film superhero: menyelamatkan umat manusia). Contohnya, Ketika ada bom di kapal, Batman dan Joker tidak berlomba untuk menyelamankan penumpang. Mereka berlomba untuk menenangkan jiwa Gotham, apa yang mereka ingin wujudkan di Gotham. Taruhannya bersifat pribadi. itu saja.

   Apa fungsi utama joker?

  Alfred ingin mengingatkan batman bahwa tidak semua penjahat itu memilik alasan logis untuk sesuatu misalnya uang. Mereka ini tidak dapat dibeli, diintimidasi atau bernegosiasi. "Some men just want to watch the world burn". Itulah yang akhirnya dipelajari oleh Batman dari Joker. Batman  berpikir bisa menghentikan Joker karena ada alasan dibaliknya, seperti uang. Tapi dengan bertemu Joker Batman menjadi lebih bijak. Dia akhirnya sadar bahwa dia punya batas. Dia bukan hero. 

You either die a hero, or you live long enough to see you become the villain. I can do those things because i am not a hero. I'm whatever Gotham needs me to be.

   Batman menjadi the Dark Knight karena Joker. Dan akhirnya, Joker menjadi penjahat yang hebat bukan karena ketawanya yang khas, atau tindakannya yang tak terduga. Dia hebat karena dia memiliki pengaruh yang mendalam di cerita dan bagi tokoh protagonis. Dia mengungkapan porsi Batman dalam sebuah niatan untuk kota Gotham.
***

Sabtu, 30 Juli 2016

[Review Buku] Manusia Indonesia - Mochtar Lubis 1977

Manusia Indonesia (Sebuah Pertanggungjawaban) 
Ceramah pada tanggal 6 April 1977
di Taman Ismail Marzuki - Indonesia

    Buku yang diterbitkan dari naskah lengkap pidato kebudayaan Mochtar Lubis pada tahun 1977  ini banyak mendapatkan perhatian. Bagaimana tidak? pidato yang sudah berumur 40 tahun ini masih dibedah sampai sekarang, bahkan sudah memasuki cetakan ke-5. Banyak yang pro dan kontra terhadap terbitnya buku ini. Secara umum saya membaginya menjadi tiga. Pertama, mereka yang kontra karena menganggap tulisan ini tidak berdasar? manusia Indonesia mana yang dimaksudkan? apakah dia sudah menganalisis setiap orang di Indonesia? yang mengarah pada pembuktian, dasar ilmiah dan fakta empiris isi ceramah ini. Kedua, mereka yang kontra karena buku ini menyudutkan dan tidak benar. Dari 6 sifat yang dibahas hanya satu yang positif, mereka percaya masyarakat Indonesia tidak seperti itu. Ketiga adalah mereka yang menerima dan menyadari sifat-sifat tersebut dan menilai ini adalah pemikiran kristis dari seorang jurnalis kenamaan di zamannya.

  Jakob Oetama, dalam kata pengantarnya, menengahi pro dan kontra dengan meletakkan isi buku ini pada tempat yang seharusnya. Dia mengatakan yang dimaksudkan adalah manusia Indonesia yang di stereotipkan (pictures in our head). Stereotip tidaklah seluruhnya benar atau seluruhnya salah. Stereotip muncul karena pengalaman, observasi, prasangka dan generalisasi. Buku bermanfaat sebagai pangkal tolak serta bahan pemikiran dan penilaian kritis untuk membangun kembali manusia Indonesia, menjembatani jurang yang menganga antara manusia ideal kita dengan manusia Indonesia. Maka aktual dan relevanlah buku ini untuk masuk dalam ruang diskusi. 

  Kalimat pertama buku ini, sudah cukup menohok, "Wajah lama sudah tak karuan di kaca, sedang wajah baru belum jua jelas". Sifat buruk manusia Indonesia semakin terlihat disetiap sisi keseharian, kita sadar itu, karena kita melihatnya dari kaca pengalaman, tapi kita biarkan. Dan keinginan untuk manusia Indonesia yang baik belum juga menampakkan wujudnya. Kita, manusia Indonesia, tidak berdaya pada pilihan. Kita terima semua dan hidup berdampingan. Misal, kita menerima agama, tetapi masih percaya tahayul. Kita menerima demokrasi, tapi masih menjalankan kebiasan feodal. Kita belajar mengatakan tidak dengan cara lain, hingga kata 'tidak' itu ditutupi dan diberi topeng, hingga tidak dapat lagi dikenali.

   Keenam sifat manusia Indonesia dalam buku ini, adalah:
  1. Munafik atau hipokrit seperti semboyan Asal Bapak Senang.
  2. Enggan mengambil tanggung jawab
  3. Bersikap dan berperilaku Feodal
  4. Percaya Takhyul
  5. Artistik
  6. Lemah watak dan karakter.
   Sebenarnya, ada beberapa sifat lainnya yang disebutkan dibuku ini, namun yang enam diatas yang menjadi perhatian utama penulis.

  Ada yang menggilitik dari buku ini, yang sering terjadi di media sosial saat ini. "Falsafah yang berlaku saat ini adalah falsafah 'kebeneran'. Meski saudara benar, tetapi tidak lagi kebeneran yang saudara salah. Dan berlaku sebaliknya".Kalimat tersebut secara tidak langsung dapat kita lihat di media sosial saat ini. Ketika banyak isu suku atau agama muncul di media sosial dan beberapa akun mengupas isu tersebut dengan pisau dalil konstitusi, agama dan adat -yang seringkali mereka campuradukkan- banyak yang benar tetapi salah karena tidak kebeneran dan yang salah sering dianggap benar walaupun salah karna lagi kebeneran. 

   Reformasi sudah berumur belasan tahun saat ini, namun entah mengapa sosok manusia Indonesia seperti dilukiskan di atas lebih kuat lagi aktualitas dan relevansinya. Beberapa penyebabnya ialah pendidikan, sistem, dan struktur politik yang ikut mengentalkan sifat-sifat negatif tersebut. Namun kita harus yakin dan percaya, bangsa Indonesia bukan bangsa Paria. Kita berbudaya, kita punya tata krama. Kita ingin maju dan sedang maju. 

"Saya mengusulkan... Ah, apa yang hendak saya usulkan??? Saya usulkan kita di Indonesia bersikap lebih manusia terhadap sesama manusia kita." - Mochtar Lubis

"Saya memberikan lukisan yang suram, tetapi saya tidak melihat hari depan manusia Indonesia dengan mata yang suram" - Mochtar Lubis

Senin, 11 Juli 2016

[Review Film] Amazing Grace - 2006


  "Perjuangan selama 20 tahun untuk sebuah idealisme: penghapusan perbudakan."
  Film ini adalah gambaran nyata perjuangan politik, pertobatan dan idealisme yang digabung menjadi satu. Dibangun dari dua kisah berbeda namun saling berkaitan, film ini mengenalkan kepada seorang yang bernama William Wilberforce (1759-1833) anggota majelis rendah kerajaan Inggris dan John Newton (penulis Amazing Grace) mantan kapten kapal budak selama bertahun-tahun dan ia mengalami pertobatan dramatis lewat badai. 

"Although my memory's fading, I remember two things very clearly. 
I'm a great sinner and Christ is a great Savior."-John Newton

   Pertemuannya Wilberforce dan John Newton dimulai ketika dia keluar dari politik dan belajar teologia dengan fokus mengkritisi keadaan para pekerja di Inggris waktu itu. John Newton yang sudah buta dan pendeta pada sebuah gereja, menjadi mentornya dengan tekad yang sama yaitu untuk menghapuskan perbudakan. Pendeta Newton mendorong Wilberforce untuk berkiprah kembali dan melanjutkan misinya dalam politik untuk Allah, bukan untuk meninggalkan politik bagi Allah. 

  John Newton dalam film ini digambarkan merupakan pahlawan iman yang indah. John Newton selama bertahun-tahun setelah pertobatan dari keterlibatan dalam perbudakan, disiksa dengan rasa bersalah "darah masih di tangan saya." karena dia membawa budak dari tanah Afrika dan dijual ke Inggris. Sekarang setelah secara fisik buta, dia menyatakan, "Saya pernah buta, tetapi sekarang saya melihat," karena ia akhirnya menerima pengampunan Allah atas dosa-dosa perdagangan budak. Di masa tuanya John Newton menyatakan: "Aku berdosa besar dan Kristus adalah Juruselamat yang besar." 

  Penghapusan perbudakan bukanlah hal yang mudah saat itu. Inggris secara sadar melihat bahwa ekonomi dan politik dipengaruhi oleh perbudakan. Dari sisi ekonomi, para budak adalah sumber penghasilan mereka lewat perkebunan dan penambangan dan kekuatan ekonomi inilah yang memperkuat pengaruh politik Inggris terhadap lawan-lawan negaranya. Jadi saat itu budak adalah penting untuk kekuatan negara.   

   Wilberforce yang didukung oleh para simpatisan, terus berkampanye untuk mengakhiri perdagangan manusia dimana kapal-kapal Inggris membawa budak kulit hitam dari Afrika, dalam kondisi buruk, ke Hindia Barat sebagai barang yang akan dibeli dan dijual.  Dia, bersama temen temannya, mengusung RUU Anti Perbudakan yang terus disuarakan dengan berbagai cara kampanye dan diplomasi “perlementarian”. Dia tetap teguh dengan keyakinan dan idealismenya tanpa harus mengandalkan berbagai cara anarkhis dan kekerasan. John Newton merupakan salah satu pendorong utama semua gerakan William. Dia membuat pernyataan yang berani: "Ini adalah siapa saya, dan ini adalah apa yang saya perjuangkan." Bahkan dalam satu adegan ditampilkan William menyanyikan bait-bait tulisan John Newton lewat lagu “Amazing Grace” di depan para bangsawan dan anggota parlemen Inggris saat itu. Saat mengajukan Rancangan Undang-undang anti perbudakan dalam parlemen Inggris, dia mendapat kecaman, tantangan keras, cemoohan bahkan cacian dari berbagai pihak. Perjuangan panjang Wilberforce diwarnai dengan kondisi fisik yang tidak sehat, tetapi semangatnya tidak memudar.

  Dalam satu adegan dikisahkan Wilberforce sempat mengajukan pertanyaan kepada Tuhan tentang masa depannya berkenaan dengan kesehatannya yang terus menurun, namun demikian Wilberforce mengambil keputusan untuk terus berjuang melawan kebijakan negaranya yang ingin tetap melanggengkan perbudakan. Setelah 20 tahun akhirnya, Undang Undang Penghapusan Perbudakan disahkan parlemen dengan ’dititipkan’ pada Undang Undang Anti Perancis dan mulailah babak baru kemanusiaan di Inggris.

   Dan terakhir, yang melengkapi kekaguman pada cerita film ini adalah perkataan(pujian) yang disampaikan lawan politik Wilberforce: 

"When people speak of great men, they think of men like Napoleon - men of violence. 
Rarely do they think of peaceful men. 
But contrast the reception they will receive when they return home from their battles. 
Napoleon will arrive in pomp and in power, 
a man who's achieved the very summit of earthly ambition. 
And yet his dreams will be haunted by the oppressions of war. 
William Wilberforce, however, will return to his family, 
lay his head on his pillow and remember: the slave trade is no more."-Lord Charles Fox:

catatan:
Film ini diangkat untuk memperingati 200 tahun undang undang anti perbudakan di Inggris (1807-2006) dan perhatian kita tentang banyaknya anak dibawah umur saat ini yang dipekerjakan secara paksa diseluruh dunia.