Jumat, 08 Juli 2016

Why We Work - disadur dari TED Talk Barry Schwartz

    Prof Barry Schwartz adalah pemerhati kaitan antara psikologi dan ekonomi. Pada TED Talk september 2015, dia mengangkat topik yang menurut saya menarik: kenapa kita bekerja?. Tulisan dibawah adalah hasil saduran dari video podcast TED Talk Prof Barry dan beberapa informasi lain dari bukunya Why We Work.

    Kenapa kita bekerja?
  Kebanyakan jawabannya adalah untuk mendapatkan uang(dibayar).  Tetapi kenapa ketika kita bertanya alasan bekerja pada orang yang puas dengan pekerjaannya, uang hampir tidak pernah muncul pada urutan pertama. Ada begitu banyak alasan menarik yang pertama muncul jika ditanyakan pada mereka yang antusias dengan pekerjaannya. Dan kesimpulannya akan bermuara pada "apa yang mereka kerjakan itu berarti". Kita tahu imbalan material bukan alasan yang bagus untuk melakukan pekerjaan kita. 

   Tetapi kenapa kebanyakan orang ini mau melakukan pekerjaan yang tidak punya karakteristik. Kenapa kita melakukan pekerjaan yang monoton tanpa arti dan mematikan jiwa? Kenapa begitu kapitalisme berkembang, menciptakan moda produksi untuk barang dan jasa, justru kepuasan non-material yang mungkin muncul dari pekerjaan menjadi hilang?. Pekerjaan seperti dipabrik, penggilingan, atau gudang, hampir tidak alasan lain untuk melakukan pekerjaan mereka, selain untuk uang. Kenapa?

   Jawabannya adalah 'teknologi ide'. Kita tahu, selain menciptakan sesuatu yang baru, ilmu pengetahuan juga menciptakan ide. Ide(pemahaman) yang dibuat adalah cara untuk memahami diri kita sendiri yang memiliki pengaruh besar terhadap cara pikir kita, cita-cita kita dan cara kita bertindak. Misalnya,jika anda berpikir kemisikinan adalah kehendak Tuhan, maka anda berdoa. Jika anda berpikir kemiskinan adalah hasil dari kesalahan anda, anda tenggelaman dalam keputusasaan. dan jika anda pikir kemiskinan adalah hasil dari penindasan dan dominasi maka anda bangkit untuk berontak. Apapun respon kita, itu tergantung dari bagaimana kita memahami sumber dari kemiskinan itu. Inilah peran ide dalam membentuk kita menjadi manusia. Oleh karena itu teknologi ide adalah teknologi paling penting yang diberikan ilmu pengetahun kepada kita.

    Menariknya ada hal yang penting pada teknologi ide. Ide atau pemikiran buruk tentang umat manusia tidak akan hilang jika orang percaya ide itu benar. Jika manusia percaya itu benar, maka mereka membangun hidup yang konsisten dengan pemikiran yang salah itu. Dan begitulah revolusi industri menciptakan sebuah sistem pabrik yang tidak memungkingkan anda untuk keluar dari rutinitas kerja anda, kecuali untuk memperolah bayaran. Karena bapak revolusi industri, Adam Smith yakin bahwa pada dasarnya manusia adalah mahluk pemalas dan tidak melakukan apapun kecuali anda membuat mereka bekerja dan caranya adalah dengan memberi insentif/upah. Itulah satu-satunya alasan seseorang melakukan sesuatu. Jadi kita membuat sistem pabrik atas pandangan salah tentang manusia. Namun setelah sistem produksi tersebut dibuat, orang-orang tidak mempunyai pilihan lain untuk bekerja, kecuali dengan cara yang konsisten dengan pemikiran Adam Smith. Inilah contoh bagaimana ide yang salah dapat menciptakan keadaan yang pada akhirnya mendorong ide itu menjadi benar. Tidak benar, bahwa anda "tidak bisa lagi menemukan pekerja yang bagus". Tapi bisa saja anda "tidak bisa lagi menemukan pekerja yang bagus" apabila anda memberikan orang pekerjaan yang merendakan dan tidak berjiwa. Perusahaan menciptakan orang yang sesuai dengan kebutuhan perusahaannya dan menghilangkan kesempatan mereka untuk memperolah kepuasan dari pekerjaan mereka. 

     Teori yang salah tentang sifat manusia telah memaksa lingkungan dan pekerjaan kita mengikuti ide yang salah itu secara konsisten. Kita dapat mengeluarkan teori fantastis tentang alam semesta, dan apapun teori itu alam semesta tidak akan terpengaruh oleh teori kita. Alam semesta akan tetap berjalan, walau bagaimanapun teori kita. Tapi kita harus khawatir akan teori yang kita yakini tentang sifat manusia. Karena sifat manusia akan berubah mengikuti teori kita, yaitu terori yang dibuat untuk menjelaskan dan membantu kita memahami umat manusia. Antropolog Clifford Geertz, mengatakan bahwa umat manusia adalah mahluk yang belum selesai. Maksudnya adalah sifat manusia merupakan produk dari ide masyarakat dimana manusia itu sendiri tinggal. Sifat manusia lebih banyak diciptakan dari pada ditemukan. Kita mendesign sifat manusia dengan membentuk institusi dimana orang tinggal dan bekerja. Untuk itu, kita perlu bertanya, sifat manusia seperti apa yang ingin kita ciptakan dilingkungan/institusi kita?


   
   Kapan bekerja itu menjadi baik?
   Disadur dari TED Taks Prof Barry dengan judul: Our loss of Wisdom
  Berikut adalah pekerjaan dari seorang pembersih di rumah sakit: membersihkan karpet, menyapu dan mengepel lantai; membersihkan urinal; memvacuum ruangan; membersihkan furniture; membersihkan jendela; mengosongkan bak sampah dan lainnya. Tak ada yang luar biasa dari semua pekerjaan yang tercantum disitu. Namun jika memperhatikan ada yang unik disana, tidak ada satupun tugas didalamnya yang melibatkan orang lain.
   
  Namun ketika beberapa pembersih ditanyai tentang pekerjaan mereka. Salah satunya Mike, mengatakan dia akan berhenti mengepel lantai karena Jones sedang turun dari tempat tidurnya untuk sedikit gerak badan dan mencoba menguatkan badannya dengan perlahan berjalan bolak-balik dilorong. Dan Charlene, petugas bersih lainnya, mengatakan dia tidak mengindahkan teguran atasannya dan tidak memvakum ruang tunggu pengunjung karena ada beberapa anggota keluarga yang setiap hari berada disana untuk tidur siang. Dan Luke, yang dua kali mengepel lantai kamar seorang pemuda yang sedang koma, karena ayah pemuda tersebut, yang telah menjaga anaknya selama enam bulan, tidak melihat saat luke mengepel saat pertama sekali dan dia marah.
 
   Perilaku seperti ini tidak hanya membuat orang merasa lebih baik, tetapi juga meningkatkan kualitas pelayanan pasien. Kita harus akui, tidak semua pembersih seperti ini. Tetapi pembersih yang baik berpikir bahwa hubungan antar manusia seperti ini, yang melibatkan keramahan, kepedulian dan empati, adalah bagian penting dari pekerjaan. Walaupun dalam deskripsi pekerjaan mereka tidak ada satupun yang melibatkan orang lain. Para pembersih ini memiliki kemauan moral untuk berbuat baik pada orang lain, lebih lagi mereka memiliki kecakapan untuk menentukan arti "berbuat baik". Kearifan praktis adalah kombinasi antara kemauan moral dan kecakapan moral. orang bijak tahu kapan dan bagaimana membuat pengecualian dalam aturan, tahu kapan berimprovisasi.

    Masalah di dunia nyata seringkali multi-tafsir dan sulit didefinisikan dan konteksnya selalu berubah-ubah. Orang bijak itu seperti musisi jazz, membaca nada partitur tetapi bermain dengan sekelilingnya, mengarang kombinasi yang sesuai dengan situasi dan penonton yang ada saat itu. Orang bijak tahu bagaimana memakai kecakapan moral untuk mewujudkan tujuan mulia. Untuk melayani orang lain, bukan memanfaatkan orang lain dan terakhir orang bijak itu dibuat, bukan terlahir. Kearifan bergantung pada pengalaman dan bukan sembarang pengalaman. Butuh waktu untuk mengenal orang yang anda layani. Anda perlu izin untuk berimprovisasi, mencoba hal baru, terkadang gagal dan belajar darinya. Butuh bimbingan dari guru yang bijak. Jika anda bertanya pada pembersih yang bertindak seperti cerita diatas, seberapa sulitnya mempelajari pekerjaan mereka, mereka akan bilang bahwa diperlukan banyak pengalaman. Bukan pengalaman untuk mengepel lantai atau membersihkan bak sampah. Diperlukan banyak pengalaman untuk belajar cara peduli pada orang lain.

   Kabar baiknya anda tidak perlu pandai untuk menjadi bijak, kabar buruknya tanpa kebijaksanaan, kepandaian tidak cukup. Anda bisa membuat masalah dengan dengan diri anda dan orang lain. Bagaimana kita menulis aturan yang mendorong tindakan mulia para pembersih tadi? apakah anda memberikan bonus karena telah berempati? Aturan dan prosedur bisa saja bodoh, tapi karenanya anda tak perlu berpikir. Kita semakin bergantung pada aturan. Aturan dan insentif mungkin akan memperbaiki keadaan dalam waktu singkat, tetapi juga menciptakan pusaran untuk tenggalam pada waktu lama. Kecakapan moral terkikis habis oleh ketergantungan pada aturan yang mengurangi kemampuan kita untuk berimprovisasi dan belajar dari improvisasi kita dan juga menghancurkan keinginan kita untuk melakukan hal yang benar. Dan dengan aturan dan insentif kita tengah berperang melawan kearifan.

   Sifat pendidikan juga terjadi hal yang sama. Kurikulum yang tertulis jelas, hingga langkah demi langkah sehingga semua guru mengikuti aturan dan siswa menerima hal yang sama. Kita tahu kenapa naskah kurikulum ada. Kita tidak cukup percaya pada pertimbangan guru, untuk membiarkan mereka bebas mengajar. Naskah semacam ini adalah polis asuransi untuk mengantisipasi bencana dan naskah ini memang mencegah bencana. Tetapi juga menggantikannya dengan miskinnya prestasi.  Jangan salah paham, kita butuh aturan. Musisi Jazz butuh catatan nada. Tapi kita tahu terlalu banyak aturan akan menghambat musisi jazz untuk mengasah kemampuan mereka atau mereka malah berhenti bermain musik.

   Jika kita punya satu alasan untuk melakukan sesuatu, kemudian memberikan alasan kedua untuk melakukan hal yang sama, apakah anda akan lebih bersemangat melakukannya? bukankah logis jika dua alasan lebih baik daripada satu dan anda terpacu. Terkadang tidak seperti itu, dua alasan untuk melakukan hal yang sama sepertinya bersaing dan bukannya saling mendukung dan justru memperkecil kemungkinan orang untuk melakukannya. Contohnya, di Swiss, 15 tahun yang lalu, mereka mencoba memutuskan dimana tempat membuang limbah nuklir dan kemudian dilakukan referendum nasional. Psikolog melakukan wawancara terkait isu ini dengan bertanya, bersediakah jika lingkungan anda menjadi tempat pembuangan limbah nuklir? menariknya 50 persen setuju. Mereka tahu itu berbahaya, itu akan menurunkan harga rumah mereka. Tapi limbah itu harus dibuang disuatu tempat dan mereka bertanggung jawab sebagai warga negara. Psikolog juga menanyakan kelompok lain, dengan pertanyaan, jika kami bayar anda dengan gaji 6 minggu setiap tahun apakah anda mau lingkungan anda menjadi tempat pembuangan limbah nuklir? dua alasan, itu tanggung jawab saya dan saya dibayar. Bukannya 50 persen yang setuju, hanya 25 persen yang setuju. yang terjadi adalah ketika kita diberi insentif, kita bukan bertanya lagi apa tanggung jawab saya? tetapi apa yang paling menguntungkan buat saya. Insentif tidak berpengaruh jika pemilik perusahaan tak menghiraukan kelangsungan jangka panjang perusahaan mereka karena mengejar keuntungan jangka pendek untuk menghasilkan bonus fantastis. Insentif berlebihan akan mendemoralisasi aktifitas profesional.

   Tentu ada harapan, kita harus mencoba re-moralisasi kerja. salah satu caranya adalah mengajarkan lebih banyak etika. dan contoh nyatanya : hargai contoh moral yang baik. Manusia selalu terinspirasi oleh pahlawan moral. tetapi kita belajar seiring dengan pendewasaan datang pengertian bahwa kita tak boleh mengakui bahwa kita mempunyai pahlawan moral. Tetapi akuliah, rayakanlah pahlawan moral anda. orang terbijak dan memiliki nilai yang baik akan menyerah jika mereka harus berenang melawan arus diorganisasi mereka. Karena semua pekerjaan selalu melibatkan hubungan dengan manusia lain adalah pekerjaan moral. dan setiap pekerjaan moral bergantung pada kearifan praktis. 

1 komentar: