Selasa, 05 Juli 2016

[Review Film] Amadeus - 1984

 
Mozar saat menjadi komposer di opera The Magic Flute
    Amadeus(Loved by God) adalah salah satu film terbaik yang pernah saya tonton, walaupun di IMDB hanya menduduki urutan 90-an, tapi ini sejajar dengan The Shawshank Redemption. Tulisan berikut tidak membicarakan adaptasi dari mana, siapa sutradaranya dan seberapa banyak penghargaan yang didapat. Ini hanya review saya tentang salah satu film terbaik yang underrated. Bagi yang khatam sejarah Mozart, tidak usah protes, film ini tidak semuanya sesuai sejarah. Ini hanya adaptasi cerita. so lets begin...

    *spoiler alert*
    Pertama, ini bukan film biografi Wolfgang Amadeus Mozart, komposer klasik yang termasyur itu. Ini adalah cerita pengakuan Antonio Salieri [1750-1825] salah satu komposer Italia penting dan terkenal dieranya. Salieri diakhir hidupnya berupaya untuk bunuh diri karena telah merasa membunuh Mozart. Semuanya itu karena iri terhadap kejeniusan Mozart. Tapi apakah hanya sesederhana itu? tentu tidak.

   Pada masa muda Salieri adalah penganut kristen yang taat. Dia sangat mencintai musik, namun ayahnya melarangnya. Sampai dia bernazar, kalau dia diijinkan Tuhan untuk bermusik dia akan mengabdikan seluruh hidupnya untuk memainkan musik untuk Tuhan. Dan singkat ceritanya, dia mencapai apa yang dia inginkan ketika dewasa. Salieri menjadi komposer bagi kekaisaran romawi Joseph II dan menganggap itu sebagai bentuk kesuksesan dan imbalan karena ketaatannya kepada Tuhan. Salier was loved by god!

   Semua berjalan sesuai keinginannya, sampai sebelum Mozart datang. Semua orang dikekaisaran sudah mendengar kabar tentang kejeniusan Mozart dan sungguh Salieripun menanti kedatangan anak ajaib ini. Tetapi diluar dugaan, gambaran sosok Mozart yang jenius itu runtuh. Salieri hanya bertemu seorang anak yang urakan, tidak tahu sopan santun, suka berkata vulgar dan kekanak-kanakan. Ditambah lagi suara khas tertawa Mozart difilm ini memang sangat mengganggu telinga yang mendengarnya. Namun dibalik itu sebenarnya Salieri sangat mengagumi kejeniusan kompisis Mozart. Ini terlihat ketika dia memperdaya istri Mozart agar mau membawakan kertas komposisi Mozart kepadanya, dan Salieri menangis. Dia mengatakan "On the page it looked nothing. The beginning simple, almost comic. Just a pulse. Bassoons and basset horns, like a rusty squeezebox. And then suddenly, high above it, an oboe. A single note, hanging there, unwavering. Until a clarinet took over and sweetened it into a phrase of such delight! This was no composition by a performing monkey! This was a music I'd never heard. Filled with such longing, such unfulfillable longing, it had me trembling. It seemed to me that I was hearing the voice of God

   Disinilah konfliknya, Salieri yang selama ini merasakan penyertaan Tuhan dalam hidupnya, mulai terguncang. Tuhan tidak adil dan kejam, bagaimana mungkin talenta musik hebat itu bisa jatuh kepada seorang anak urakan dan cabul. Dan saat para pemimpin di keuskupan tersebut lebih menyukai lagu gubahan Mozart, Salieri merasa Tuhan telah mengejek kemampuannya melalui kejeniusan Mozart. Seiring waktu berjalan, Salieri menjadi semakin terguncang imannya dan pada satu titik menyatakan perang terhadap Tuhan. Salieri mengupayakan segala hal untuk menghambat karir Mozart. Sedangkan disisi lain, Mozart walaupun dengan kejeniusannya, jalan hidupnya penuh rintangan. Mozart bersusah payah untuk mempertahankan idealisme musiknya; kesedihan yang mendalam atas meninggalnya ayahnya; dan kesulitan keuangan karena sifatnya yang boros dan penurunan komisi dari kekaisaran. Kemudian istri dan anaknya pergi karena tak tahan hidup miskin dan tak jelas masa depan. 

  Dan Salieripun melihat kesempatan. Dia ingin membalaskan dendamnya pada Tuhan dan Mozart. Mozart diminta untuk menulis requim untuk misa. Salieri, berjanji untuk membayar besar atas karya tersebut, sehingga masalah keuangannya akan hilang.  Dengan perjanjian itu Mozart bekerja keras untuk menyelesaikan komposisi Requim, sampai Mozart berada pada titik kelelahan dan kesehatannya terus memburuk. Dengan liciknya, Salieri seakan menjadi 'manager' pengganti untuk opera The Magic Flute dan meminta mozart tetap menyelesaikan tugasnya dirumah sembari sakit-sakitan sampai Mozart mendikte nadanya untuk ditulis oleh Salieri. Pada pagi harinya setelah semalaman menulis komposisi, istri Mozart datang, dan menyuruh Salieri pergi dan tanpa sepengetahuan mereka, Mozart meninggal. Mozart kemudian dikuburkan dipemakaman orang miskin tanpa penanda, sehingga orang sampai sekarang tidak tahu dimana kuburan Mozart.

   Salieri pada hari tuanya yang penuh dengan penyesalan, mengakui kepada pastor yang menangani kegilaanya, berkesimpulan Tuhan lebih memilih untuk membunuh Mozart ketimbang, menyelesaikan karya tersebut untuk memuliakan Tuhan melalui diri Salieri. Tuhan itu jahat!

   Jadi apa yang menarik dari film ini?
   Penggambaran Antonio Salieri yang diperankan oleh F. Murray Abraham, sebagai seseorang yang membenci Mozart dan disaat yang bersamaan sangat mengagumi karyanya sulit untuk dideskripsikan. Ada beberapa scene difilm ini yang menunjukkan, ketika dia memuji dan melihat tulisan karya Mozart, dia menarik nafas dan menangis. Dia seperti mendengar suara Tuhan melalui musik Mozart. Dan penampilan F. Murray Abraham sebagai Salieri adalah salah satu pendalam karakter film terbaik yang pernah ada, menurut beberapa kritikus film. Dan penampilan Mozart yang ditampilkan Tom Hulce, juga sangat bagus. Mozart yang, tanpa ragu, digambarkan sebagai komposer jenius namun urakan. 

  Film ini, dengan alur cerita yang mengalir, menggambarkan ironi orang cemburu terhadap talenta orang lain bahkan menelan sendiri nazar yang pernah diucapkannya. Salieri menganggap bahwa talenta tidak layak didapatkan oleh orang yang urakan, karena ini diyakini dari kecil. Menurut saya, difilm ini, Salieri pada saat benci pada Mozart adalah psikopat. Karena dia tidak memperdulikan orang lain, lingkungkannya untuk memenuhi cita-citanya. Tetapi, kenapa bukan sociopath? karna sociopath itu cenderung spontan dan tanpa memikirkan konsekuensi. Hal ini bisa terlihat dari cara dia membangun rencana untuk meruntuhkan ekonomi Mozart. Namun pada masa tuanya, dia menyesali perbuatannya. 

"All I wanted was to sing to God. He gave me that longing... 
and then made me mute. Why? Tell me that. 
If He didn't want me to praise him with music, 
why implant the desire?  Like a lust in my body! 
And then deny me the talent?"- Antonio Saliery
Nilai : 9.5/10
   -------------------------------------
   Beberapa Fakta Sejarah yang sebenarnya.

  • Salieri tidak membunuh Mozart. Mereka kolega yang tidak terlalu dekat. Mozart kemungkinan meninggal karena demam rematik
  • Walaupun miskin istri Mozart tak pernah meninggalkannya, dan kompisisi yang sedang ditulis dilanjutkan oleh beberapa teman komposer Mozart.
  • Tertawa mozart tidak seperti pada film, itu hanya penggambaran bagaimana Salieri meliha tawa orang yang tidak disukainya.
  • Mozart tidak urakan didepan umum, dia bisa menjaga sikap didepan para aristokrat saat itu
   -------------------------------------

1 komentar: