Sabtu, 30 April 2016

[Review Buku] The Alchemist - Paulo Coelho


   Salah satu buku yang masuk dalam "30 books to read before 30", dan langsung mencoba membacanya, Kesan pertama, dangkal, cukup dangkal. yang saya bayangkan mirip dengan buku To Kill a Mockingbird, sangat detail, tetapi yang saya baca tidak ada pendalaman karakter dan perincian yang detail tentang setiap kejadian sehingga tidak bisa menilai karakter setiap tokohnya. mirip seperti sinetron yang hanya lewat dan berlalu dan lupa.
   Tapi kenapa masuk ke 30 yang harus dibaca sebelum umur 30? menurut saya, hal yang paling hebat dari buku ini adalah menjelaskan tentang hal mengejar impian. Buku ini lebih cocok disebut kumpulan motivasi mengejar impian yang diceritakan dari sudut pandang Santiago si gembala daripada sebuah novel pengembaraan.
   Santiago, tidak diceritakan secara detail. Tetapi semangat untuk mengejar legenda pribadinya yang sangat ditonjolkan dan bagaimana buku ini menjelaskan beberapa tipe orang dalam mengejar impian mereka. dan dari pengalaman saya membaca, buku ini adalah salah satu buku yang paling banyak saya garisbawahi untuk kata-kata motivasinya. jadi ini pantas, bahkan sangat, untuk masuk dalam 30 books to read before 30.

    “And, when you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it.” 

    “It's the possibility of having a dream come true that makes life interesting.” 

“Everyone believes the world's greatest lie..." says the mysterious old man.
"What is the world's greatest lie?" the little boy asks.
The old man replies, "It's this: that at a certain point in our lives, we lose control of what's happening to us, and our lives become controlled by fate. That's the world's greatest lie.” 

Kamis, 28 April 2016

[Review Buku] Siddhartha - Hermann Hesse



    Yang pertama,buku ini bukan mengenai perjalanan hidup Sang Buddha tetapi setting cerita ada pada jaman dimana Siddharta Gautama hidup . Sebagai salah satu novel terbaik abad 20 (*katanya), buku karya Hermann Hesse terbitan 1922 ini banyak dapat pujian. Selain pemilihan katanya yang mengalir, buku ini juga banyak menyelipkan nilai-nilai filosofis.
    Novel ini bercerita tentang 'Ekspedisi' seorang yang bernama sama dengan sang Buddha- Siddharta, dalam mencari arti hidup dan kebahagian, padahal sebenarnya dia sudah banyak dikagumi orang sekitarnya, namun pikirannya bahwa, pujian tidak akan menjamin kebahagiaan ataupun pertanda kalau dia sudah menemukan arti hidup. Dia ingin mencapai pencerahan.
    Namun dia tahu bahwa mencapai pencerahan tidaklah didapat dengan mendengarkan orang sudah mendapat pencerahan dan melakukannya, tetapi menemukannya sendiri. Sebab itu sepanjang cerita dia telah bertemu dengan para Shamana pengembara, Sang Budha yang sudah mendapat pencerahan, Kamala seorang wanita penghibur, Kamaswani seorang pedagang dan seorang tukang Sampan yang akhirnya menyadarkan Siddharta tentang apa yang dia cari dan bertemu juga dengan teman masa mudanya - Govinda - yang menyadari kalau Siddharta sudah mencapai pencerahan.
   Buku ini mendeskripsikan 'proses mengalir' seseorang mulai dari kegusaran sampai pada akhirnya menemukan dirinya sudah sampai pada apa yang diinginkannya. It's worth reading.

“Wisdom cannot be imparted. Wisdom that a wise man attempts to impart always sounds like foolishness to someone else ... Knowledge can be communicated, but not wisdom. One can find it, live it, do wonders through it, but one cannot communicate and teach it.” 
― Hermann Hesse, Siddhartha

“It is not for me to judge another man's life. I must judge, I must choose, I must spurn, purely for myself. For myself, alone.” 
― Hermann Hesse, Siddhartha
    

Sabtu, 23 April 2016

[Review Buku] Tuesdays with Morrie - Mitch Albom


   Penyakit ALS(Amyotrophic lateral sclerosis) yang tiba-tiba ramai dibicarakan setelah jutaan orang melakukan Ice Bucket Challenge di sosial media menjadi background dari cerita dari awal sampai akhir. Pembaca diajak untuk membanyangkan langsung bagaimana seseorang bila terkena penyakit ALS dari kuat secara fisik sampai dia mati seperti tercekik karena syaraf pada paru2 yang tidak berfungsi lagi.
   Buku terbitan 1997, diangkat dari pertemuaan-pertemuan selama 14 minggu terakhir antara si Penulis(Mitch Albom) dan guru Besarnya sewaktu kuliah(Morrie Schwartz) yang sudah tidak bertemu selama 16 tahun. Mereka melakukan proyek terakhir mereka yaitu membuat Thesis mengenai makna hidup. Menariknya, si dosen melihat makna hidup dari sisi dia yang hanya tinggal beberapa minggu yang bakan untuk memiringkan kepala harus dengan bantuan orang lain.
Semangat sang dosen, yang fokus pada belajar setiap hari selasa memberikan kesan kuat terhadap semua yang diucapkannya. Dia bahkan sering bercanda, disaat hanya untuk menarik nafas saja harus kesusahan.
   Ceritanya mengalir seperti percakapan biasa dan sama seperti Meniti Biang Lala, Mitch Albom dapat menyisipkan banyak nilai-nilai hidup yang mengalir dengan baik pada tulisannya.

"Belajarlah dari lambat dan perlahannya proses kematianku. Perhatikan apa pun yang terjadi padaku. Belajarlah bersamaku" - Morrie.

Sabtu, 09 April 2016

[Review Buku] Let's Change - Rhenald Kasali

   Dengan menjelaskan berbagai macam masalah yang terjadi di Indonesia melalui sudut pandang manajemen namun ringan dibaca, Rhenald Khasali menuliskan Artikel harian yang dimuat di Kompas mulai dari 2006 s.d 2012 kemudian disadur kembali menjadi buku kumpulan artikel terbaik Rhenald Kasali. Let's Change.
   Permasalahannya sangat jelas *setiaknya menurut beliau*, kita masih terjebak dalam cara-cara lama untuk mencoba menyelesaikan permasalahan baru. Kita masih berusaha menyelesaikan masalah ekonomi abad 21 dengan teori ekonomi demokrasi + politik sekarang. Kita masih percaya bahwa metode pendidikan dulu(sebelum berubah2) masih dapat ditandingkan dengan kurikulum luar negeri. Kita masih percaya dengan menjual dongeng daerah kita dapat mendatangkan wisatawan lebih banyak lagi. Kita masih percaya bahwa pemimpin yang mengambil tindakan terobosan namun gagal adalah penjahat. Kita masih perlu perubahan - Menurut saya itu yang ingin beliau sampaikan.
    Indonesia menang sedang keluar dari perangkap tersebut, namun perubahan adalah teman dekat dari resistensi. Banyak yang ingin perubahan tetapi yang merasa terusik karena sudah nyaman selama ini juga tidak akan tinggal diam.
   Tapi saya melihat porsi saya dalam kata 'kita' diatas hampir tidak ada. Saya tidak bisa menyelesaikan masalah ekonomi,masalah pendidikan,masalah pariwisata,masalah leadership di Indonesia. Tapi setidaknya saya punya wawasan baru dan berusaha lebih baik dengan pemikiran-pemikiran baru yang dituliskan dalam buku ini dan juga menjadi pendorong untuk keluar dari jebakan pemikiran dulu dengan memulai dari hal hal praktis.
Let's Change!

Sabtu, 02 April 2016

[Review Buku] The Time Keeper - Mitch Albom


   Sebagai salah satu misi untuk membaca semua buku karangan Mitch Albom, akhirnya selesai juga buku ketiga (dari 5 buku). Diawal kita disuguhkan dengan cerita sederhana dimana kita(manusia) adalah mahluk hidup satu-satunya yang menghitung waktu.
    Pada buku ini ada 3 tokoh utama, Dor(dari Zaman Babilonia), Sarah(seorang ABG yang menjadi penyendiri, dan sedang jatuh cinta kepada pria satu sekolahnya) dan Victor(Pria Paling kayak no 14 didunia dan sedang menghadapi kematiannya diusia 80). Dor selalu menghitung waktu, bahkan dia melupakan waktu untuk bersama istrinya. Victor sebagai orang nomor 14 terkayak, menginginkan waktu yang lebih lama dan merasa dapat mengakali kematian membekuan diri dalam tabung karena dia merasa penting untuk melanjutkan bisnisnya.
   Sarah sebagai gadis remaja yang sedang jatuh cinta menginginkan waktu cepat berlalu dan akhirnya merasa punya hak untuk mati, karena perlakukan yang dibuat oleh orang disekitarnya. Dor akhirnya menjadi penjaga waktu, dan ditempatkan didalam gua selama 6000 tahun tanpa menua untuk mendengarkan semua perkataan orang terkait keluhan kepada waktu. Dan akhirnya dor menyadarkan Victor dan Sarah bahwa waktu bukanlah hal yang luar biasa, dapat merasakan kebersamaan jauh lebih penting dan memberitahu bawah mati bukanlah Hak.
   Buku yang sangat bagus. Seperti novel sebelum-sebelumnya Mitch selalu dapat membuat cerita ringan, penuh makna dan mudah diterima.
  
"Ada sebabnya Tuhan membatasi hari-hari kita dan mati itu bukan hak kita." -Dor