Rabu, 20 Januari 2016

[Cerita Inspirasi] Mengubah Pasir Menjadi Mutiara

   Dulu, ketika kali mengikuti kuliah umum pada awal semester pertama di kampus PI Del(sekarang IT Del), direktur dikampus saat itu, Ibu Inge, menceritakan sebuah kisah tentang kerang yang mungkin beliau kutip dari tulisan lain. Entah kenapa bagi saya pesan cerita ini sangat kuat. Jadi tidak ada salahnya menulisnya kembali di sini:

   Pada suatu hari yang sendu seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengaduh kepada ibunya. Sebutir pasir tajam bagai belati memasuki tubuhnya yang merah dan lembek.


   Anakku, kata sang ibu sambil bercucuran air mata, Tuhan tidak memberikan kepada kita bangsa kerang sebuah tangan pun, sehingga ibu tak bisa menolongmu. Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Jadi, kuatkan hatimu, nak. Jangan lagi terlalu lincah. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu. Tegarkan jiwamu melewati rasa nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa engkau perbuat anakku, kata ibunya dengan pilu tetapi penuh kelembutan.


   Anak kerang pun mencoba nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa perih bukan alang kepalang. Kadang kala, di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Tetapi tak ada pilihan lain. Ia terus bertahan. Dan dengan banyak air mata ia terus tegar, mengukuhkan hati, menguatkan jiwa, bertahun-tahun lamanya.


   Tetapi, tanpa disadarinya, sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Kian lama kian bulat. Dan rasa askit pun semakin berkurang. Mutiara itu terus semakin berbentuk. Dan ketika masanya tiba, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, akhirnya terbentuk dengan sempurna.


    Kerang itu berhasil mengubah pasir menjadi mutiara. Penderitaannya berubah menjadi mahkota. Air matanya menjadi harta sangat berharga. Dirinya kini, sebagai bentukan derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lainnya yang cuma disantap orang di bawah tenda-tenda bertuliskan “Sedia Kerang Rebus”, di pingir jalan. Tetapi kristal penderitaannya kini, menjadi perhiasan mahal bergengsi tinggi di leher-leher indah para perempuan kaya nan jelita. "Betapa berharganya diri mu jika kamu bertahan dalam cobaan"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar