Sabtu, 30 Januari 2016

[Review Buku] The Shallows - Nicholas Carr


The Shallows - Nicholas Carr
"Judul ini secara harafiah menyiratkan orang orang yang cara berpikirnya mendangkal setelah terlalu dimanjakan internet"-Redaktur Kompas.
      Buku finalis Pulitzer 2011 ini, berangkat dari beberapa kegelisahan teman-temannya yang merasa setelah menggunakan internet selama bertahun tahun, kemampuan untuk membaca buku menurun drastis.Dulu mudah untuk fokus membaca buku setebal 500 halaman, sekarang membaca beberapa halaman artikel mereka sulit untuk berkonsentasi, mereka mulai gelisah dan mencari aktifitas lain: melihat pesan masuk,cek email, refresh timeline, menonton di youtube dan sebagainya.
      Carr dalam memahami permasalahan temannya berangkat dari dua dasar, fakta sejarah dan ilmu tentang memori otak. Kedua hal ini dibahas secara lengkap dan sederhana di bab-bab awal bukunya. Dari sisi sejarah penulis melihat, bahwa setiap perubahan media selalu mengakibatkan perdebatan, dari mulai sebelum mengenal tulisan, scriptio continua, beralih kepengenalan tanda baca, penemuan mesin cetak gutenberg hingga media web saat ini. Banyak yang menolak berubah ketika akan memasuk dari satu masa kemasa lain. Seperti dari jaman scriptio continua hingga menemukan spasi,mereka baru sadar bahwa membaca tulisan tidak harus bersuara( itu kenapa spasi adalah penemuan tanda baca paling vital saat itu).
"Kita tidak lebih cerdas dari pada pendahulu kita, kita hanya cerdas dalam hal yang berbeda", Flynn-2007.
Penulis melalui bebera penelitian melihat bahwa pengguna internet menggunakan memori aktif untuk surfing internet tetapi sedikit atau bahkan tidak ada yang masuk ke memori jangka panjang. Hal ini dikarenakan web/internet berusaha untuk merebut/mengalihkan perhatian kita dan otak melakukan reorientasi dari satu topik ke topik lain yang mengakibatkan tidak bisa fokus berlama-lama. Sebuah penelitian mengatakan jumlah hiperlink pada sebuah artikel web berbading lurus dengan penurunan fokus pembacanya. Karena ketika membaca artikel, otak akan terganggu dalam sepersekian detik untuk memutuskan apakah akan meng-klik tautan tersebut atau tidak.
       Sebuah pertanyan diajukan tentang bagaimana pengguna internet membaca di web? Nielsen pada 1997 melakukan penelitian dan hasilnya : mereka tidak membaca. Mereka melompat lompat, tidak fokus, tidak tenang dan banyak interupsi. Carr juga mengkritisi Google Books karena dianggap aplikasi ini tidak membagikan pengetahuan, tetapi membagi potongan pengetahuan yang memaksa orang untuk mencari potongan lain tanpa memahami secara lengkap apa yang seharusnya didalami.
      But the good news...Hal diatas sebenarnya tidak masalah, di 2 bab terakhir penulis melihat membaca diweb diatas sebagai perubahan yang harus diterima.
Penulis mengatakan pengetahuan itu ada dua tipe, pertama kita memahami sebuah subjek dan kedua kita tahu dimana mencari informasi tentang subjek itu. Sekarang kita mungkin masuk ketahap yang kedua, "Kita Tahu Dimana Mencari Informasi". Mungkin kita kehilangan kemampuan untuk berkonsentasi pada sebuah tugas yang kompleks atau yang memerlukan konsentasi membaca dalam waktu yang lama, tetapi sebagai gantinya kita memperolah keterampilan baru,melakukan belasan aktivitas lewat tiga atau empat media berbeda.
     Lewat buku setebal 300 halaman ini, penulis ingin agar kita jangan lupa untuk tipe pengetahuan yang pertama "Memahami Sebuah Subjek". Agar menggali informasi lebih dalam dan mendetail lagi. (ya jadi ga mudah gitu nelan informasi diinternet apalagi yang provokatif, "It's On The Internet,so IT MUST BE TRUE").
"Media adalah Pesan"-Mc Luchan
Selamat membaca.

Sabtu, 23 Januari 2016

[Review Buku] Rich Dad Poor Dad - Robert T Kiyosaki


   Sudah lama mendengar buku ini dan banyak pendapat positif. Tetapi karena tidak terlalu tertarik pada buku yang membahas masalah keuangan jadi diurungkan dulu. Kemarin ketika ke toko buku lagi, terlihat lagi dan akhirnya dibawah pulang.
   Sangat membumi, itu kesan pertama membaca bab bab awal. Penulis menjelaskan permasalahan yang benar-benar nyata soal masalah finansial. Penulis tidak sedang membual tentang pengalaman finansial teman-temannya, semuanya berjelasan sesuai kenyataan yang ada. Kemudian penulis beruntung, karena memiliki 2 "Ayah". Poor Dad adalah ayah kandungnya, seorang profesional dibidang pendidikan namun tidak memiliki pemahaman soal finansial. Rich Dad adalah ayah dari temannya yang mengajarkan mereka tentang bagaimana sebenarnya uang, pajak dan aset itu bekerja.
   Namun, kembali lagi, saya tidak terlalu tertarik soal cara meningkatkan finansial, terlebih cara penulis memberikan contohnya melalui pembelian saham, real estate dan surat utang, masih mengawang awang dipikiran saya. Jadi, yang membuat buku ini menarik, dari sudut pandang saya, adalah cara penulis menjelaskan tentang pajak, yang selama ini salah kaprah. Banyak orang berpikiran pajak akan lebih besar diambil dari orang yang kaya, padahal sebenarnya tidak, orang-orang dengan kehidupan menengahlah yang paling banyak ditarik pajak.
   Kemudian, penulis memberikan nilai filosofis soal cara mendapatkan keamanan finansial. Dia mengatakan, bahwa cara terbaik mendapatkan adalah dengan memberikan terlebih dahulu. "Ketika malam dingin, dan anda sedang kedinginan dan memegang kayu, tentu anda tidak bisa berkata pada tungku api, berikan saya kehangatan maka saya akan memberikan kayu ini".
   Buku ini bagus, setidaknya untuk membangunkan orang seperti saya yang bekerja dan berharap pada jaminan-jaminan kantor dan kenaikan gaji, Bahwa masih ada cara(pilihan) lain agar kuat secara finansial.

Rabu, 20 Januari 2016

[Cerita Inspirasi] Mengubah Pasir Menjadi Mutiara

   Dulu, ketika kali mengikuti kuliah umum pada awal semester pertama di kampus PI Del(sekarang IT Del), direktur dikampus saat itu, Ibu Inge, menceritakan sebuah kisah tentang kerang yang mungkin beliau kutip dari tulisan lain. Entah kenapa bagi saya pesan cerita ini sangat kuat. Jadi tidak ada salahnya menulisnya kembali di sini:

   Pada suatu hari yang sendu seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengaduh kepada ibunya. Sebutir pasir tajam bagai belati memasuki tubuhnya yang merah dan lembek.


   Anakku, kata sang ibu sambil bercucuran air mata, Tuhan tidak memberikan kepada kita bangsa kerang sebuah tangan pun, sehingga ibu tak bisa menolongmu. Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Jadi, kuatkan hatimu, nak. Jangan lagi terlalu lincah. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu. Tegarkan jiwamu melewati rasa nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa engkau perbuat anakku, kata ibunya dengan pilu tetapi penuh kelembutan.


   Anak kerang pun mencoba nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa perih bukan alang kepalang. Kadang kala, di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Tetapi tak ada pilihan lain. Ia terus bertahan. Dan dengan banyak air mata ia terus tegar, mengukuhkan hati, menguatkan jiwa, bertahun-tahun lamanya.


   Tetapi, tanpa disadarinya, sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Kian lama kian bulat. Dan rasa askit pun semakin berkurang. Mutiara itu terus semakin berbentuk. Dan ketika masanya tiba, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, akhirnya terbentuk dengan sempurna.


    Kerang itu berhasil mengubah pasir menjadi mutiara. Penderitaannya berubah menjadi mahkota. Air matanya menjadi harta sangat berharga. Dirinya kini, sebagai bentukan derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lainnya yang cuma disantap orang di bawah tenda-tenda bertuliskan “Sedia Kerang Rebus”, di pingir jalan. Tetapi kristal penderitaannya kini, menjadi perhiasan mahal bergengsi tinggi di leher-leher indah para perempuan kaya nan jelita. "Betapa berharganya diri mu jika kamu bertahan dalam cobaan"


Sabtu, 16 Januari 2016

[Review Buku] To Kill A Mocking Bird - Harper Lee


    Akhirnya kesampaian juga baca buku ini sampai habis.
  Membunuh Mockingbird pada 1930-an dianggap berdosa, burung lain dapat dibunuh tapi tidak dengan mockingbird, Mockingbird tidak makan dari tanaman dikebun, tidak bersarang digudang jagung, tetapi selalu bernyanyi untuk orang orang. Buku ini bagus untuk memahami bahwa tidak ada nilai kebenaran dalam prasangka. Sama seperti itu, menghukum orang atas dasar prasangka sama seperti membunuh mockingbird. Buku dengan plot sederhana, namun memberikan perubahan besar bagi masyarakat Amerika pada saat itu (ketika rasisme masih tinggi).
"Kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat sesuatu dari sudut pandangnya, hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya"
Great, Harper Lee.Great!

Sabtu, 09 Januari 2016

Rangkaian Natal Sebenarnya

    Pemahaman yang keliru jika 25 desember dianggap sebagai perayaan kelahiran Tuhan Yesus, dan hal ini diperparah lagi dengan kebiasaan melakukan perayaan tersebut mulai dari awal desember.
   Padalah pada masa akhir november atau awal desember, selama 4 minggu dilakukan persiapan rohani -advent- sampai pada perayaan natal selama 12 hari, yg dimulai pada 24 desember malam, namun ntah kenapa, pendeta didaerah dan dikota seakan lumrah saja dengan kebiasaan seperti ini. Mungkin memang advent masih jarang dipahami sebagai bagian perayaan kelahiran Yesus, walaupun sudah sering dikotbahkan tapi seakan menuliskan Perayaan Natal ... Lebih bergengsi ketimbang menuliskan Perayaan Advent.
   Tapi memang, tradisi seperti ini sudah ada dari dulu, belum lagi bingungnya anak kecil soal perbedaan Advent, Natal dan Epifania. Yang mereka tahu dari tanggal 10 an sampai akhir bulan adalah Natal.
   Tapi tidak untuk berusaha untuk menyalahkan apa yang sudah kita lakukan selama ini, tetap dijalani saja, tapi pemahaman dan melakukan sesuai aturan yang sudah ditentukan jauh lebih baik.
Berikut link penjelasan lengkap dari bapak Pdt. Bonar Lumbantobing.