Rabu, 25 Januari 2017

Ritson Manyonyo dan Yayasan Elsafan

     

     Tanggal 12 November 2016 lalu, PDO AHM berkunjung ke Yayasan Elsafan, yang beralamat di Jl. Delima I No.13-14 Kel. Malaka Sari, Kec. Duret Sawit, JakartaTimur. Yayasan yang awalnya didirikan oleh Ritson Manyonyo dan delapan temannya pada tahun 2006 ini sekarang menjadi panti sosial dan sekolah luar biasa khusus tuna netra. Elsafan (Tuhan yang melindungi) telah lebih dari 10 tahun berdiri dan yayasan ini sekarang memiliki 45 siswa tuna netra baik yang bawaan lahir maupun yang diderita setelah dewasa karena penyakit. Ketika awalnya dibentuk, yayasan ini agaknya diremehkan orang disekitar beliau: "orang buta kok mau mengurus orang buta? mengurus sendiri aja susah". Tetapi mereka membuktikan bahwa usaha mereka ternyata bisa memberikan yang sesuatu untuk para penyandang tuna netra yang selama ini masih dianggap sebagai beban oleh masyarakat. Mereka punya satu niat, anak tuna netra harus mandiri. Harus. Motto yayasan ini adalah "kekuatanku adalah kelemahanku, dan kelemahanku adalah kekuatan-Nya".

            Ibadah Pagi Di Duren Sawit - Rangkaian Perayaan Natal PDO AHM 2016
       Setelah persiapan kurang lebih 3 minggu, kami dari PDO AHM berkumpul di Sunter dan berangkat ke Yayasan Elsafan. Acaranya dimulai dengan perkenalan PDO dan ice breaking dari MC, kemudian dilanjutkan dengan ibadah praise and worship. Setelah 30 menit praise and worship, dilanjut dengan kesaksian dari istri Pak Sonny - panggilan akrab Ritson Manyonyo - ibu Silva. Beliau bercerita tentang masa lalu ibu Silva mulai dari masa kuliah, menikah dengan pak Sonny hingga perjuangan membesarkan anak-anak tuna netra dengan penuh kesabaran. Acara dilanjutkan dengan membuat pohon harapan, teman-teman PDO ikut berbaur dengan saudara-saudara di Elsafan dan menanyakan harapan mereka. Setelah itu, penyerahan sumbangan dana dan gitar dari salah satu divisi di AHM. Akhirnya pada 11:30, ketua panitia Natal memberikan kata penutup sekaligus mengundang teman-teman Elsafan untuk menghadiri dan mengisi acara Natal PDO AHM di Plant 3 AHM Cikarang dan ditutup dengan doa berkat serta pembagian goody bag, kami juga menerima hadiah buku kisah hidup Pak Sonny.

        Moment yang menarik selama disana  adalah ketrampilan mereka memainkan musik. Tim PDO sendiri telah menyiapkan pemain keyboard untuk mengiringi WL untuk acara tersebut, namun salah satu adik di Elsafan ternyata telah siap untuk mengiringi dan bahkan sangat mahir memainkan keyboard, WLnya saja - Novia & Friska- hanya butuh kurang dari 10 menit untuk mencari nada dasar setiap lagu yang akan dibawakan. Kemudian keharuan makin kami rasakan, ketika beberapa anak, satu per satu dibimbing pengajarnya untuk membawakan alat musik: drum, saxophone dan gitar. Perasaan haru dan bahagia meliputi ruangan selama ibadah berlangsung. Bagi kita orang normal, melihat adik-adik dengan kondisi seperti itu, merasa sangat iba dan disaat yang bersamaan mereka malah riang bernyanyi bersama kami. Mungkin kesedihan sudah berlalu jauh dari hari-hari mereka.

        Kemudian yang menarik bagi saya adalah bagaimana ini bisa dimulai? orang buta seperti apa yang mampu membuat yayasan memutar 180 derajat anggapan tentang penyandang tuna netra?

"Bagaimana seorang yang dulunya menolak tidur di kamar dan memilih tidur sekandang dengan anjing peliharaannya karena menganggap dirinya yang buta tak ubahnya seekor anjing karena hanya bisa tidur, duduk, makan dan dikasihani, justru sekarang mengelolah yayasan dengan 45 anak tuna netra.

Bagaimana seorang yang dulunya mencoba bunuh diri beberapa kali karena merasa menjadi aib keluarga, sekarang justru mendidik dan menyekolahkan anak-anak tuna netra yang dibuang keluarganya.

Bagaimana seorang yang dulunya marah kepada Tuhan dan menolak untuk beribadah ke gereja selama dua tahun, sekarang jika ditanya seandainya ada pengobatan yang bisa mengembalikan pengelihatan menjadi normal maukah untuk mencoba pengobatan?, dan mejawab "Tidak, karena Tuhan justru memakai saya setelah menjadi buta". 
 
Ritson Manyonyo, Pendiri Yayasan Elsafan."

         Ritson Manyonyo (Sonny) Dan Elsafan
        Dalam buku yang kata pengantarnya diisi oleh Basuki Tjahaja Purnama dan Andy F. Noya, pak riston menceritakan kisah hidupnya dari kecil hingga sekarang. Pak Sonny lahir dari keluarga pendeta dan sekolah dari SD sampai SMA di Tentena, Poso. Kemudian melanjut di STT Doulus Jakarta. Disinilah Pak Sonny mulai merasakan penurunan fungsi pengelihatan dan menjadi buta. Tahun 1999 adalah tahun yang paling membuat Pak Sonny berada pada titik terendah dihidupnya. Beliau sulit untuk menerima kenyataan penyakit yang dialaminya. Bahkan walaupun sekolah dalam bidang teologia, dia juga sempat berobat ke dukun, namun hasilnya nihil. Dan dengan semua usaha, beliau akhirnya menyerah dan kembali ke Poso bersama ibunya dengan perasaan kalah perang dan dia mengalami pergumulan hidup yang berat dan "berhitung" dengan Tuhan. Bagi beliau ini tidak adil. Kemudin pada tahun 2001 adalah masa pemulihan harapan setelah dua tahun terpuruk.

      Di daerah Bandungan Semarang, ada sebuah panti asuhan bernama Panti Asuhan Diakonia - panti ini untuk penyandang tuna netra. Panti asuhan ini mengajarkan para penyandang tuna netra untuk hidup mandiri. Disinilah awal mula kembali harapan dan perubahan pola pikir beliau, bahwa tuna netra juga bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Beliau akhirnya melanjut lagi kuliah S1 hingga tahun 2005. Selama masa kuliah beliau sudah aktif untuk menggagas pelayanan untuk anak tuna netra bersama delapan temannya. Beliau bahkan sudah menyelesaikan S2 dan sedang mempersiapkan untuk melanjut untuk program doktoral dalam bidang teologia.

           Apa didapatkan Isaac Lidsky, CEO dari Florida , dari kebutaannya?
         Dalam podcast TED, Isaac Lidsky, menceritakan bahwa realita(dunia) bukanlah apa yang kita terima tetapi apa yang kita ciptakan didalam pikiran kita. Kita takut yang buruk dan berusaha untuk kesempurnaan yang sulit dicapai. Kita mengatakan pada diri sendiri, apa yang bisa dan tidak bisa kita lakukan. Asumsi yang salah namun tetap kita ikuti. Kita membuat asumsi salah tentang disabilitas. Asumsi bahwa hanya orang yang punya mata yang bisa melihat dunia dan orang buta tidak. Seeing is believing and sight is truth.  Itu yang dulu dipercayainya.

        Dengan kebutaan dia meyadari, bahwa apa yang dia lihat adalah personal, unik yang secara hebat dikonstruksikan oleh otak membentuk virtual reality kita sendiri. Pengelihatan adalah ilusi dan Isaac menyadari bahwa penurunan tingkat pengelihatannya menghilangkan ilusi. Untuk menciptakan pengalaman melihat, otak mengambil referensi dari pemahaman konseptual tentang dunia, pengetahuan, memori, opini dan emosi. Semua itu terhubung di alam bawah sadar kita. Contohnya, bukit akan terlihat lebih curam jika kita melewatinya setelah selesai olah raga, atau padang akan terlihat lebih jauh jika kita membawa beban berat. Pengelihatan hanyalah satu bentuk cara untuk membentuk realita, kita BISA membuat realita dengan cara yang lain. Namun secara salah kita mengikuti logic kalau kita membentuk realita hanya dengan melihat. "Ketika saya didiagnosa dengan penyakit buta, saya tahu kebutaan akan merusak hidup saya. Kebutaan adalah hukuman mati untuk independensi saya. Ini adalah akhir dari pencapaian bagi saya. Kebutaan berarti saya akan menjalani hidup yang biasa biasa saja: kecil dan sedih dan cenderung sendiri. Ini adalah fiksi yang muncul dari ketakutan saya, tetapi saya percaya itu. Itu sebuah kebohongan tapi juga realita saya."

           Jadi bagaimana kita menjalani hidup dengan mata tertutup. Itu adalah pembelajaran disiplin, itu bisa diajarkan dan bisa dilatih. Perbaiki kesalahan konsep kita tentang kebutaan.  Terima kekuatan dan kelemahan kita dan pahami perbedaannya. Buka hati untuk berkat melimpah. Ketakutan adalah alasan dan pembenaran untuk menyerah. Kita adalah pencipta realita kita dengan pemberdayaan tersebut akan muncul tanggung jawab penuh. Saya memilih untuk keluar dari lorong ketakutan ke wilayah yang belum dipetakan dan belum didefenisikan. Saya memilih untuk membangun hidup yang penuh berkat dalam kebutaan saya.

        Apa yang kita takuti, apa kebohongan yang kita katakan pada diri kita? bagaimana kita membumbui kebenaran kita dan menulis fiksi kita sendiri. Apa realita yang kita ciptakan untuk diri kita sendiri. Dalam karir dan kehidupan personal, dalam hubungan dan di dalam hati ataupun jiwa, kesalahan logika apa yang kita percayai sehingga menciptakan masalah besar. Hal yang lebih buruk dari hanya sekedar buta adalah memiliki pengelihatan tanpa visi. Bagi saya menjadi buta adalah berkat yang mendalam, karena kebutaan memberikan saya visi. Bagaimana menjadi CEO buta? tantangan terbesar menjadi berkat terbesar: saya tidak mendapatkan respon visual dari orang. Contohnya ketika meeting, saya tidak melihat  ekspresi wajah atau gerak gerik yang bisa mempengaruhi pendapat saya, saya belajar lebih banyak mengenai respon verbal, saya memaksa mereka untuk mengatakan apa yang mereka pikirkan. Oleh karena itu kami berkomunikasi dengan level yang lebih dalam, kami menghindari ambiguisitas dan yang paling penting, tim saya mengetahui bahwa apa yang mereka pikirkan sangat penting bagi keberlangsungan organisasi.


         Bagaimana bisa menjadi bahagia ketika yang terjadi adalah musibah? 
        James Clear Dalam tulisannya di medium mengatakan, kejadian traumatik mendalam cenderung memunculkan apa yang dikatakan oleh Gilbert "psychological immune systems". Sistem ini mendorong otak untuk memunculkan harapan positif dan kebahagian dari situasi yang tidak dapat dielakkan (musibah yang mengubah hidup selamanya). System ini muncul pada penderitaan yang besar ketimbang penderitaan kecil. Efek system ini juga bekerja dengan cara sama ketika mengalami kejadian yang sangat membahagiakan. Misalnya, menang undian, orang yang menang undian besar cenderung diasumsikan akan mengalami kebahagian yang lama, tapi yang sering terjadi justru sebaliknya. Extreme positive and extreme negative events don’t actually influence our long-term levels of happiness nearly as much as we think they would. System ini menyeimbangkan emosi didalam diri kita.

         Ketika kita mengalami hal besar, baik hal yang baik ataupun buruk, kita  cenderung fokus pada apa yang berubah ketimbang apa yang tidak berubah. Ketika menang undian, kita fokus pada uang dengan jumlah besar dan lupa bahwa kebiasaan dan lingkungan lama kita sama sekali tidak berubah, kita tetap menggerutu ketika sulit tidur atau memaki ketika terjebak macet atau sulit untuk mengkotrol keuangan. Ini yang membuat kebahagian tidak bertahan lama. Ketika mengalami masalah kebutaan, kita fokus pada masalah pengelihatan. Kita cenderung lupa, bahwa kita masih bisa menghirup udara segar, bisa mencium aroma makanan kesukaan, bisa mendengar lagu favorit bahkan masih bisa membaca buku kesukaan (dengan audio book atau braille). Kita terlalu takut dengan kebutaan, sehingga kita menganggap masa depan sudah hancur. Kita fokus pada satu hal dan lupa yang lain dan sangat menginginkan apa yang tidak kita punyai dan mengabaikan apa yang sudah kita punya. Pengalaman manusia sangat luas dan beragam dan masih banyak ruang untuk kebahagian dalam hidup yang masih samar-samar untuk imajinasi kita sekarang.

         Beberapa Poin dari Pak Sonny
       Dari buku Pak Sonny, cetira bu Silva dan beberapa artikel dan video yang saya lihat, saya pikir ada tiga poin dari pengalaman hidup Pak Sonny yang luar biasa. Pengalaman yang mengubah hidup beliau dan juga alasan kenapa dari jutaan orang yang mengalami kebutaan ada yang malah terpuruk bahkan bunuh diri dan ada pula yang sukses memulai hidup baru seperti Pak Sonny, berikut  ketiga poin tersebut: *pendapat pribadi*
  1. Kesalahan logic yang kita anggap benar, mengarahkan kita pada ketakutan dan menutup jalan lain. Isaac si CEO menyadari itu ketika dia mulai menerima takdirnya, saat dia memahami bahwa pengelihatannya bisa didapat dari cara lain. Pak Sonny, ketika mengalami kebutaan juga mengamini pola pikir yang sama: kebutaan adalah pertanda kiamat bagi dirinya. Namun seiring waktu berjalan ada jalan lain yang perlahan diterima Pak Sonny dari lingkungannya.
  2. Sistem Imun Psikologis kita muncul ketika mengalami masalah yang sangat traumatis, dan sistem ini mengurangi efek yang muncul dari masalah itu dan mendorong otak untuk menciptakan harapan positif.
  3. Afeksi dari keluarga, khususnya ibu dan istri dari Pak Sonny yang tetap memberikan semangat dan kepercayaan yang luar biasa kepada beliau untuk memulai kehidupan yang baru. Beliau juga sangat tidak suka jika orang buta dikasihani atau bahkan diperlakukan tidak adil.
     Seperti dalam buku Malcolm- Outliers - dalam setiap kesuksesan seseorang pasti ada faktor lain selain cerita kerja keras dan motivasi. Dalam buku ini, menurut saya ada beberapa faktor dibelakang layar yang membuat Pak Sonny mampu sukses keluar dari keterpurukannya:*pendapat pribadi*
  1. Beliau lahir dari keluarga pendeta yang mendukung keinginan anaknya. Hal ini menurut saya cukup mempengaruhi psikologis Pak Sonny. Dari beberapa anak di Elsafan ada bahkan diambil dari tong sambah dan dibuang keluarga.
  2. Pak Sonny, semasa disekolah cerdas dan bahkan ketika lulus pada tahun 2005 dari STT skripsi beliau adalah skripsi terbaik. Ini juga cukup mempengaruhi rasionalitas beliau menerima kenyataan hidup dan memulai sesuatu yang justru lebih baik.
  3. Pak Sonny, lewat ayah dan keluarganya dipertemukan dengan orang - orang yang mengalami kebutaan, misalnya pendeta buta yang mengunjungi Pak Sonny dan teman-teman beliau di panti tuna netra Semarang, tempat awal kebangkitan semangat Pak Sonny. Tidak semua para penderita tuna netra memiliki kesempatan dipertemukan dalam komunitas seperti ini. Komunitas yang memberikan bukti bahwa dengan kebutaan mereka juga bisa mandiri dan tidak hanya sekedar motivasi.
  4. Pak Sonny memiliki kekasih yang menyayangi dia. Dari buku beliau, beberapa kali menceritakan semangat hidup yang dipulihkan setelah bertemu pacar. Pak Sonny punya tiga pacar setelah dia buta. Tiga.
  5. Pak Sonny pintar berteman dari masa sekolah hingga sekarang, karena setelah mengalami kebutaanpun, dia bertemu dengan 8 teman sesama penyandang tuna netra untuk membentuk kegiatan membantu orang buta yang awalnya diberinama  Elsafan Ministry.
  6. Pak Sonny juga memiliki pendirian dan karakter yang kuat, hal ini bisa dilihat dari beberapa kali yayasan Elsafan mengalami masalah tranparansi keuangan, beliau justru mampu membawa Elsafan sampai sekarang dengan 45 anak. Dan dalam video testimoni anak-anak Elsafan, salah satu sifat Pak Sonny yang paling mereka ingat adalah ketegasan beliau. Ini yang belum tentu dimiliki setiap orang buta.
Siswa dan Pengajar Elsafan (sumber:http://sdk11.bpkpenaburjakarta.or.id/)

     Sehingga pada akhirnya, kebutaan hanya sebagian dari cara yang dipakai Tuhan lewat Pak Sonny untuk menyadari kemampuan luar biasa membangkitkan harapan dalam dirinya dan bahkan menolong orang lain yang sama tidak beruntungnya. Apakah Elsafan akan tetap ada jika Pak Sonny tidak buta? tidak ada yang tahu. Yang beliau tahu sekarang beliau justru mensyukuri kebutannya. Benar - benar bersyukur. 
Demikian.